Harapan atau ekspektasi rakyat Indonesia pada debat kedua Pilpres, Minggu, 17 Februari 2019, mendatang sungguh tinggi. Mereka tak ingin lagi menyaksikan perdebatan yang begitu-begitu saja, seperti debat bulan lalu. Pada debat kedua nanti, mereka membayangkan sebuah kontes argumentasi yang mengejutkan dan mengundang decak kagum.
Ekspektasi itu wajar. Sebab, debat kedua nanti mengangkat tema yang teramat sangat krusial. Yakni energi,pangan,infrastruktur,serta sumber daya alam dan lingkungan hidup.Sungguh tema yang serius dan tidak main-main.
Apa yang bisa disebut main-main dalam tema energi? Tidak ada. Sama juga dengan pangan, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup, tidak ada pembicaraan main-main di dalamnya. Semua serius. Benar-benar serius.
Tema energi,misalnya,harus diperdebatkan secara serius tentang cadangan minyak,konsumsi BBM, serta kemauan politik mengembangkan energi baru-terbarukan. Rakyat akan sangat respek dan mengangkat topi tinggi-tinggi, jika kedua capres memperdebatkan tema ini dengan balutan data dan angka-angka. Ini masalah penting, maka jangan disederhanakan lewat rangkaian retorika dan kata-kata indah.
Bagaimana strategi mendongkrak lifting nasional, serta bagaimana pula caranya agar impor minyak bisa ditekan serendah-rendahnya?Kedua capres harus bermain dengan pertanyaan dan jawaban cerdas jika memperdebatkan hal itu.
Tema pangan pun sama, harus serius saat memperdebatkannya. Termasuk, misalnya, ketika kedua capres memperdebatkan isu impor pangan. Bukan kah ironis Indonesia yang berjuluk negara agraris, ternyata masih impor pangan? Semua diimpor, mulai beras, gula, garam, hingga bawang merah.Jika ada kesalahan, dimana akarnya hingga harus ada impor pangan?
Isu infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan juga tak jauh beda. Setiap pertanyaan dan jawaban debat harus bersumberkan data. Benarkah biaya infrastruktur Indonesia lebih mahal dibanding negara lain? Sudah di level mana tingkat kebutuhan masyarakat akan proyek infrastruktur? Lantas,sudah di titik mana pula, daya sentuh infrastruktur ke sektor non-transportasi? Sekali lagi, semua pertanyaan-jawaban capres harus berbasis data dan bisa diterima oleh logika.
Terakhir, soal isu sumber daya alam dan lingkungan hidup. Masing-masing capres, dalam ajang debat, meski menjawab keraguan sejumlah kalangan akan rendahnya komitmen perlindungan lingkungan. Ini waktunya bagi kedua capres memaparkan narasi yang menunjukkan keberpihakan kepada perlindungan lingkungan. Ini penting, karena sumber daya alam dan lingkungan hidup rawan ekslpoitasi di tengah pembangunan yang berorientasi kepada target produksi dan fiskal.
Yang jadi pertanyaan, mampukah kedua capres mendebatkan tema-tema seksi di atas dalam waktu terbatas? Mungkin kah semuanya tersampaikan secara sempurna hanya dalam waktu 2X60 menit? Entahlah.(*)