Tepat pukul 22.00 WIB, Minggu (17/2/2019), capres petahana Joko Widodo (Jokowi) dan capres penantang Prabowo Subianto mengakhiri debat capres putaran kedua. Selama 120 menit, kedua capres beradu argumen,dan melempar janji serta komitmen. Saat bersamaan, mereka juga mencoba memancing perhatian publik lewat cara dan gaya masing-masing.
Siapa lebih unggul, dan layak dipertimbangkan untuk dipilih? Setiap pemilih yang memiliki hak pilih pada 17 April mendatang, sudah menyimpan jawabannya. Tentu tak sama antara satu pemilih dengan pemilih lainnya. Namun yang jelas, pasti ada alasan logis, rasional, dan (barangkali) emosional, di balik pilihan itu.
Masing-masing capres sudah menunaikan tugasnya, yakni menjalankan sesi debat kedua dengan segala kesungguhan. Setiap kata, ucapan, dan paparan selama debat, tentu sudah dipersiapkan matang-matang. Termasuk pula, konsekuensi di balik ucapan itu, pasti sudah dipertimbangkan.
Selanjutnya, giliran publik untuk mencatat dan mengingat kata-kata mereka. Jika ada janji, catat lah. Jika ada argumentasi, catatlah, dan jika ada komitmen, juga catat lah. Kemudian, simpan dan ingat kuat-kuat catatan itu dalam memori. Ini penting, karena catatan itu lah yang nanti menjadi pintu masuk untuk memastikan tunai-tidaknya janji yang terucap.
Tanpa catatan, apalagi jika kapasitas memori terbatas, maka janji-janji itu bakal terlupakan begitu saja.
Selamat mencatat, selamat mengingat.