JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Dewi Asmara menyatakan, persoalan stuntingyang cukup tinggi di Kalimantan Tengah merupakan masalah yang serius untuk diperhatikan pemerintah.
Mengingat, kata dia, mulai tahun depan era yang dikedepankan di Indonesia adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Jika ditemukan kasus-kasus stunting, harus segera ditindaklanjuti lintas Kementerian," kata Dewi di Jakarta, Senin (29/7/2019).
Diketahui,kasus stunting di sejumlah daerah di Kalteng masih cukup tinggi, bahkan kasus stunting di Kalteng merupakan yang terburuk ke-empat di Indonesia.
Penanganan masalah stunting, lanjut Dewi, dimulai dari ibu hamil kemudian kesehatan bayi dan anak. Masalah stunting bukan hanya tanggung jawab Kemenkes, tapi juga kementerian lain dan pemda.
Ada sekitar 7-8 Kementerian yang disinergikan untuk memberantas stunting ini, diturunkan angkanya hingga ditiadakan.
"Terkait kondisi sosial-ekonomi misalnya, bisa didorong untuk memperoleh bantuan Kemensos," imbuhnya.
KasusStuntingdi Kalteng Terburuk Keempat
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul mengakui, kasus stunting yang terjadi di wilayahnya menempati peringkat keempat terburuk se-Indonesia. Kasusstuntingterbanyak terjadi di tiga kabupaten, yakni Barito Timur, Kapuas, dan Kotawaringin Timur.
"Kasusstuntingmenjadi salah satu fokus utama kami, meskipun sebenarnya telah mengalami penurunan dari 40 persen menjadi sekitar 34 persen dari total anak," katanya di Palangka Raya, Selasa.
Stuntingmerupakan kondisi tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan normal. Penyebab utamanya adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia dua tahun.
Pada tahun ini, Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah akan fokus dengan penanganan stunting di Barito Timur. Setelah itu, kabupaten lainnya akan disasar. Bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan setempat akan memberikan bantuan berupa pemberian makanan tambahan ibu hamil dan anak usia di bawah dua tahun untuk menghindaristunting.
"Penyediaan bantuan berupa pemberian makanan tambahan itu, rencananya menggunakan dana sekitar dua miliar rupiah yang berasal dari pemerintah pusat dan juga daerah," jelasnya.
Suyuti mengatakan ia belum mengetahui penyebab banyaknya kasusstuntingdi Barito Timur. Pihaknya akan melaksanakan penelitian secara khusus, bekerja sama dengan perguruan tinggi kesehatan setempat.
Pelibatan pihak perguruan tinggi nantinya akan ditindaklanjuti dengan sebuah nota kesepahaman untuk menentukan daerah binaan. Pihaknya juga akan melakukan kolaborasi pembiayaan antara pemerintah pusat dan daerah untuk pelaksanaannya. (Alf)