Opini
Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis HMI) pada hari Jumat, 20 Sep 2019 - 13:01:30 WIB
Bagikan Berita ini :

Akhirnya Mahasiswa Bergerak

tscom_news_photo_1568959290.jpg
Unjuk rasa mahasiswa di depan gedung DPR RI, Senayan, Kamis (18/9/2019). (Sumber foto : Ist)

Upaya meredam kampus dengan berbagai cara akhirnya jebol juga. Betapa isu radikalisme gencar dihembuskan ke lingkungan perguruan tinggi. Menristekdikti pernah berujar pentingnya pengawasan ketat terhadap dosen yang terpapar radikalisme. Perguruan tinggi ternama proses seleksi pimpinan melibatkan BIN dam BNPT segala. Pencengkeraman kampus dinilai luar biasa. Tentu berharap mahasiswa pun bisa dikontrol dan dikendalikan. Sepertinya usaha ini akan sukses dan bereskalasi menuju pengendalian yang terstruktur dan masif.

Sementara otoritarian bergerak "nyaman" di tingkat kekuasaan. Pemerintah memiliki lingkaran yang kokoh. TNI, Polisi, Birokrasi hingga Parlemen yang telah terpolakan. Partai-partai oposisi mendekat lingkaran. Mencari sesuap menteri atau sedekah jabatan. Kecurangan Pemilu yang disorot berhasil didinginkan, pelanggaran HAM atas korban "kerusuhan" dikanalisasi, krisis ekonomi dapat dikambinghitamkan pada fluktuasi global, Kriminalisasi ulama dibahasakan deradikalisasi, kebakaran hutan bisa diatasi dengan foto diri dan sepatu berdebu, reaksi soal intervensi KPK dipersilahkan ke MK, artinya semua bisa dibingkai. Ketika kepepet ya salahkan saja pada takdir Allah. Moeldoko memang sangat beriman.

Namun waktu menghukum juga. Tempo mengangkat "figur pinokio" di cover majalahnya. Urusan korupsi yang dicoba untuk diproteksi akhirnya dapat menjebol mahasiswa dari kungkungan. Mahasiswa di Makasar, Bandung, Mataram dan yang paling memicu adalah di Pakanbaru. Terakhir di Jakarta mahasiswa Bandung dan Jakarta mendemo DPR/MPR. Permainan hukum untuk kepentingan politik terendus dan membangkitkan gerakan mahasiswa. Meninju reformasi yang terkorupsi dan Jokowi yang tak peduli bahkan "mesam mesem" melakukan intervensi. Di urusan legislasi aturan korupsi.

Ketika pimpinan perguruan tinggi mulai memprotes tindakan kriminal "pembunuhan KPK" oleh Pemerintah bersama DPR maka pintu gerbang kampus pun dibuka. Mahasiswa berlarian bergerak cepat. Mereka muda dan semangat dengan moralitas tinggi. Tidak seperti komunitas lain yang mudah dipecah dan dibuat konflik horizontal, mahasiswa bergerak dengan satu kepentingan yang sama. Aparat yang biasa bermain kini bisa berhadapan. Jatuh korban justru membangun solidaritas dan gelombang perlawanan. Perubahan sosial dan politik diawali oleh gerakan dan gebrakan para mahasiswa.

Sebelumnya ada monumen gerakan 212 yang menyimpan potensi tsunami susulan. Andai Pemerintah nekad dengan misi anti demokrasi atau menutupi korupsi dan terus lanjut berkolaborasi dengan asing aseng demi investasi dan hutang luar negeri, maka gerakan perubahan rakyat sulit untuk dibendung. Citra pemerintah sedang buruk dan terus memburuk. Pembusukan politik yang terjadi akan mendapat therapi akhir yakni operasi amputasi. Untuk penyembuhan kembali.

Mahasiswa bergerak memang dinanti rakyat. Hampir frustrasi melihat kesewenangan dan ketidakpedulian dari penguasa yang semakin korup. Korupsi yang coba ditutupi dengan regulasi. Mahasiswa memang lucu tapi bermutu. Berorasi, menjebol pagar, menaiki benteng, memasuki area yang biasa butuh protokoler. Tapi ujungnya sang penguasa ketakutan dan siap mundur "demi bangsa dan negara". Meski kadang butuh waktu dan kesabaran biasanya aksi perubahan itu berhasil.
Bravo mahasiswa..!

Bandung, 20 September 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #aksi-mahasiswa  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Luhut Ancam Pengkritik, Yaman Rudal Israel

Oleh Faizal Assegaf
pada hari Sabtu, 16 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Judul di atas menegaskan perbedaan kelas. Pasukan Yaman bukan sebatas mengancam, tapi mereka sudah mengusir dan menembak kapal milik Amerika, Inggris dan Israel. Tapi ...
Opini

Rektor Mengelak Alumni ITB Bergerak

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Dua kelompok Alumni mempertanyakan keterlibatan ITB dalam Sirekap KPU yang ternyata menimbulkan masalah. Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) Pemilu merupakan platform ...