JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pergantian Panglima TNI menjadi perbincangan publik terkait posisi yang layak menduduki jabatan nomor satu di tubuh TNI tersebut dari unsur matra mana, angkatan udara, angkatan laut atau angkatan udara?.

Sebagian kalangan, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla berpandangan posisi Panglima TNI tak harus bergiliran karena dalam undang-undang tidak disebutkan secara tertulis yang mengatur mekanisme giliran tersebut.

Sementara pendapat lain, salah satunya pengamat politik dan pertahanan Salim Said meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk tetap mempertahankan tradisi perputaran posisi untuk memilih Panglima TNI. Menurutnya, hal itu perlu dijaga untuk soliditas TNI.

Pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika menjabat sebagai presiden, SBY dalam memilih Panglima TNI berpatokan pada sistem perputaran antar matra. Sejak terpilih menjadi orang nomor satu di Indonesia pada 2004 silam, SBY menunjuk Jenderal Endriartono Sutarto dari matra angkatan darat sebagai Panglima TNI hingga tahun 2006.

Kemudian pada tahun 2006, Marsekal TNI Djoko Suyanto dari angkatan udara menggantikan Endriartono Sutarto yang telah memasuki masa pensiun. Dari tangan Djoko Suyanto, tahun 2007 tampuk kepemimpinan Panglima TNI diserahkan kepada Jenderal Djoko Santoso yang notabene berasal dari angkatan darat hingga 2010.

Laksamana TNI Agus Suhartono dari angkatan laut menjadi Panglima TNI dari tahun 2010 hingga 2013 lalu. Terakhir, Jenderal TNI Moeldoko dari angkatan darat ditunjuk menggantikan Agus Suhartono.(yn)