Beberapa hari lalu saya datang di acara gathering Cagub DKI Jakarta di hotel Aryaduta. Acara itu sekitar dua jam. Sayang Ichsanurdin Noorsy dan Yusril Ihza tak hadir. Adhiyaksa Dault yang bicara di awal, tampaknya yang ingin dicapai adalah persepsi tentang Ahok dan arena pilgub mendatang. Jangan ada dari kita yang sudi jadi calon wakil Ahok, seru Adhyaksa.
Beberapa calon rupanya telmi. Malah bicara sampah dan penegakan hukum ke depan. Tentu saja forum seperti itu, tak cocok jadi ajang promo. Untunglah datang Dhani Achmad, pentolan Grup Band Dewa, yang dengan rambut ngefunk disambut riuh rendah oleh reporter sosmed.
Dhani akan dipasang oleh PKB. Seperti ketika memasang capres Rhoma Irama, Dhani pun persis badut politik yang terasa nyeleneh terhadap acara Victor Laiskodat yang memamer Ahok sebagai Cagub DKi dari Nasdem di tempat lain pada waktu yang sama. Victor justru sangat serius, sedang Gerindra yang dihost Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Muhamad Taufik ha ha hi hi.
Tanpa Yusril dan Noorsy, Sandi Uno tampak mencorong. Tapi itu tak bakal cukup untuk menahan laju Ahok. Asumsi sebelumnya bahwa Hoaqiau, diaspora Cina mendukung Ahok, sudah dimulai dengan tampilnya Victor Laiskodat jadi host. Ia adalah ipar dari Tomi Winata. Victor sedang mengirim pesan ke Taufik, pemimpim gerbong pelawan gerbong Ahok bahwa nine swords berada di belakang Ahok. Karenanya Victor terjun langsung, yang mestinya ditackle Ketua DPW Partai Nasdem DKI Jakarta. Itu satu.
Kedua, Victor juga sedang mengirim pesan kepada nine swords, salah satu naga terkuat ada di kubu Ahok. Dengan demikian, naga lainnya sudah terkunci di gerbong Ahok. Itu kerugian nyata pada aliansi Taufik yang signifikan. Akankah gerbong aliansi ini memililki peluang?
Menurut hitungan politik saya, kubu aliansi ini jika bertarung masing-masing akan keok. Kecuali aliansi itu hanya mengajukan satu paslon saja sehingga yang bakal terjadi seperti peta pilgub DKI Jakarta tahun 2009 antara sekutu parpol minus PKS melawan Adang Daradjatun yang didukung PKS sendirian yang dimenangkan oleh Foke. Tanpa aliansi seperti itu, Ahok akan memenangkan pertandingan.
Ahok jelas mengantongi sejumlah dukungan dari Cina. Kekuatannya tak bisa diabaikan. Di samping ia incumbent, data Teman Ahok, juga menunjukkan Ahok leading kini. Tentu saja jika nine swords sudah mendukung Ahok, dipastikan Yakuza dan Triad ada di belakangnya, berikut kekuatan preman dan pihak keamanan, termasuk polisi dan tentara.
Tentu saja, target politiknya adalah singgasana Presiden RI. Sebab, konstitusi hasil amandemen telah membuka lebar kesempatan tsb di mana amandemen telah membuang kata 'asli'. Dengan dibuangnya kata asli, maka hak Hoaqiau telah sama persis dengan pribumi.
Dalam buku karya lengkap bung Hatta, background kata asli itu ialah warga negara timur asing, termasuk Hoaqiau, tidak boleh memilki hak milik atas tanah. Melainkan hak guna usaha. Juga tak boleh menjadi Presiden RI dan sejenisnya. Alasannya, karena warga negara timur asing, tidak ikut dalam perjuangan kemerdekaan. Sebaliknya telah membantu penjajahan baik semasa kolonial belanda maupun Jepang.
Setelah amandemen menghilangkan kata asli itu, Hoaqiau dapat mengusahakan Ahok menjadi Presiden. Akibat lain, kini 74% tanah di Jakarta adalah milik Hoaqiau dalam bentuk hak milik. Yang terbaru, geo politik terhadap Tiongkok, Hoaqiau telah menjadi bagian dari politik obor (on belt on road one Cina -- satu sabuk satu jalan satu china) seperti dikemukakan PM Cina, Li Ke Qiang di Jakarta tahun lalu. Ahok adalah bagian dari obor.
Jika PDIP juga masuk gerbong Ahok, kian berat untuk kubu aliansi. Question mark penting apakah 3 orang Taipan internasional yang turun untuk paslon Jokowi -Ahok dua tahun lalu yang terekam di database BAIS, akan turun?
Dukungan Taipan internasional itu jadi hotkey dalam kemenangan paslon Jokowi-Ahok. Tapi saat itu Amerika sedang menggiring Jokowi ke singgasana Presiden RI sehingga dua kekuatan itu konvergens. Kini sebaliknya, amerika kecewa berat terhadap Jokowi dan sadar telah salah orang ketika Jokowi membelot ke Tiongkok.
Posisi Ahok kini, adalah mercu suar bukan saja bagi masa depan Hoaqiau, melainkan juga Tionghoa penguasa Beijing. Jika dulu Foke berhasil memecah kekuatan nine swords, kali ini Hoaqiau bersatu ke Ahok. Ahok juga menjadi mercu suar jaringan bisnis Hoaqiau regional WCEC dan Internasional WOCE. Tentu kekuatan material itu terkait dengan moral pemilih yang hedonis.(*)
TeropongKita adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongKita menjadi tanggung jawab Penulis.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #