JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Direktur eksekutif Institute Proklamasi Arief Rachman mendesak pemerintah mengganti Dwi Soetjipto dari jabatannya sebagai direktur utama PT Pertamina saat ini.
Alasannya, lanjut dia, adanya penambahan jabatan wadirut di Pertamina karena kepemimpinan di Pertamina saat ini tidak berjalan dengan maksimal.
Demikian disampaikan Arief saat menanggapi adanya jabatan baru yakni wadirut di PT Pertamina saat ini.
"Kinerja Pertamina semakin melempem sejak dipimpin Dwi Soetjipto selama ini," ungkap dia di Jakarta, Rabu (01/02/2017).
Bahkan, lanjut dia, sangat disayangkan PT Pertamina dibawah kepemimpinan Dwi Sutjipto tidak dapat menunjukkan perbaikan kinerja dan tidak menunjukkan akselerasi kerja yang lebih baik. Hal itu menjadi pendorong makin memburuknya kinerja Pertamina.
"Kemampuan leadership dan managerial DS lemah sehingga tim kerjanya yaitu jajaran direksi tidak terarah dan tidak kompak. Sebagai pimpinan mestinya bisa memimpin tim kerja yang expert dan berkinerja baik," tandas dia.
Sebenarnya, kata dia, Kemunduran Pertamina sebenarnya sudah diprediksi sebelumnya yaitu sejak pemerintah menunjuk Dwi Soetjipto menjadi Dirut Pertamina.
"Pertamina sebagai perusahaan negara bertaraf internasional dan bertanggungjawab memenuhi kebutuhan BBM rakyat Indonesia harus dikelola dengan cermat, cekatan, akselerasi tinggi dan tim kerja yang solid. Dan itu tidak ada pada sosok Dwi Soetjipto," tandasnya.
Untuk itu, tegas dia, Pemerintah harus segera mengambil langkah konkret mengantisipasi merosotnya kinerja Pertamina dengan mengganti Dwi Soetjipto dengan figur yang berpengalaman, menguasai bisnis minyak dan gas dari hulu hingga hilir.
Sebab, ungkap dia, Problem yang mendesak perlu dibenahi sekarang ini seperti perbaikan kilang-kilang minyak yang tidak dirawat selama ini, hingga berpotensi merugikan Pertamina lebih dari 1 Trilliun rupiah. Dan produksi minyak yang dikelola sendiri oleh Pertamina terus menurun dibandinkan Dirut sebelumnya. Laporan produksi Pertamina seolah naik padahal itu karena hasil join operation bersama Exxon di Blok Cepu.
"Oleh karena itu, Pertamina butuh sosok yang kuat secara leadership dan managerial untuk mengkonsolidasikan jajaran manajemen dan mengatasi masalah yang dihadapi agar tidak mengganggu pasokan kebutuhan BBM nasional," ujarnya.
Menurutnya, Problem kepemimpinan dan kemampuan managerial di Pertamina adalah problem serius yang tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
"Karena akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan energi nasional dan APBN mengingat Pertamina adalah BUMN penyumbang APBN terbesar," pungkasnya. (icl)