JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Ketua Dewan Pakar Partai Hanura Ferdinand Nainggolan mengakui bahwa partainya belum dikenal generasi muda.
"Hanya 0,6 persen anak muda kenal Hanura dan ini termasuk partai bapak-bapak," ujar Ferdinand dalam diskusi 'Membaca Peluang dan Tantangan Partai Hanura Menjadi Partai Papan Atas Dalam Kontestasi Pemilu 2019' bersama pengamat politik Hanta Yudha di The City Tower, Jakarta Pusat, Kamis (19/10/2017).
Padahal, lanjut dia, jumlah pemilihan kalangan anak muda termasuk sangat besar dan potensial. Karena itu, untuk menjadi partai besar maka suara dari kalangan pemuda ini harus diraih.
"Tentu Hanura harus merebut ini," ujarnya
Selain menyasar pemilih pemuda dan pemula, Hanura juga harus menyasar swing voters.
"Swing voters kita tinggi sekali. Kenapa orang menjadi swing voter karena tidak ada pemilih yang setia," kata dia.
Sementara itu, Ketua Bappilu sekaligus Wakil Ketua Partai Hanura, Daryatmo mengatakan, pihaknya tetap menargetkan masuk tiga besar dalam Pemilu 2019.
Target ini masuk dalam strategi besar yang telah dirancang saat berlangsung Munas beberapa waktu lalu.
"Partai Hanura menargetkan menjadi tiga besar. Ini akan jadi impian belaka kalau tidak disertai program-program yang sifatnya kualitatif dan itu juga sudah berjalan," ujarnya.
Sedangkan Direktur Eksekutif Poltraking Indonesia Hanta Yudha menegaskan, Hanura sebenarnya memiliki potensi kuat untuk menjadi partai besar. Alasannya partai bersutan Wiranto itu tidak banyak memiliki hal-hal negatif.
"Hanura ini potensial menjadi partai besar salah satunya karena "negatif list" nya sedikit malah hampir tidak ada," terang dia.
Selain itu, kata dia, Hanura juga memiliki tokoh-tokoh dari anggota DPD RI yang bergabung. Menurut Hanta, 41 tokoh DPD yang bergabung ke partai Hanura ini bisa mendongkrak perolehan suara. Hanya, tambahnya, harus dilakukan strategi yang tepat bagaimana mengubahnya untuk bisa membawa pemilihnya ke Hanura.
Ia mengusulkan agar Hanura harus membentuk branding yang kuat agar masyarakat selalu ingat.
"Dalam politik elektoral panglimanya adalah persepsi publik. Siapapun yang memenangkan persepsi publik itu yang akan memenangkan kontestasi," tandasnya.
Meskipun, terang Hanta, persepsi itu tak selalu sebanding dengan kenyataan. Partai Hanura juga harus mengikutkan faktor personal branding dari para kadernya atau calegnya.
"Tapi jangan lupa, mulai gerakkan relawan secara terus menerus. Sayang kalau hanya mendekati pemilu," pungkasnya.(yn)