Opini
Oleh Hersubeno Arief (Wartawan senior dan pemerhati publik) pada hari Selasa, 24 Sep 2019 - 10:45:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Siklus Perubahan Politik 20 Tahunan: Adu Kuat Jokowi Vs Mahasiswa

tscom_news_photo_1569293696.jpg
Mahasiswa dan aktivis naik ke pagar Gedung DPR RI, Senin (23/9/2019). (Sumber foto : Ist)

Banyak yang terkejut ketika tiba-tiba mahasiswa di seluruh Indonesia bergerak. Gerakan mahasiswa yang selama ini mati suri, mendadak bangkit. Menjadi zombie yang menakutkan.

Skalanya sangat luas dan massif. Aksi yang digelar pada Senin (23/9) secara harfiah, benar-benar terjadi di seluruh Indonesia.

Tidak hanya di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya, Medan, Malang, Makassar tapi meluas sampai kota-kota kecil yang relatif tidak pernah tersentuh aksi mahasiswa.

Di Brebes, Cirebon, Tangerang, dan bahkan di Bintan, yang berada “nun jauh” di Kepulauan Riau, mahasiswa juga turun ke jalan. Isunya sama : KORUPSI!

Pengesahan UU KPK dan pemilihan pimpinan KPK yang baru menjadi pemicu.

Peristiwa ini menyadarkan kita, siklus perubahan politik 20 tahunan sedang kembali berlangsung di Indonesia. Kita masih harus menunggu apakah akan mencapai titik kulminasi. Menjadi catatan baru sejarah politik kontemporer Indonesia, atau mentah di tengah jalan.

Dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928. Setelah itu Indonesia merdeka tahun 1945, Soekarno menjadi Presiden RI pertama. Pada tahun 1965 terjadi pemberontakan komunis. Peristiwa ini memberi jalan tampilnya penguasa Orde Baru Soeharto.

Pada tahun1998 Orde Baru ditumbangkan oleh gerakan Reformasi. Nah sekarang, meleset satu tahun, gerakan mahasiswa kembali muncul.

Coba perhatikan. Seting peristiwanya, dan isu yang diusung juga sama persis.

Pada bulan Maret 1998 Soeharto secara aklamasi terpilih kembali sebagai presiden untuk ketujuh kalinya. Sampai sejauh itu tidak ada tanda-tanda Soeharto akan jatuh.

Pimpinan parpol, ormas, para tokoh dan cerdik cendekia masih menyampaikan puja-puji terhadap Soeharto.Dengan gelar Bapak Pembangunan, Soeharto mempunyai basis legitimasi yang sangat kuat.

Melalui gelombang aksi mahasiswa, dan berpuncak pada pendudukan Gedung MPR/DPR, pada 21 Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri. Isu yang diusung mahasiswa saat itu adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Unjukrasa kali ini juga terjadi setelah Jokowi kembali “memenangkan” pilpres melawan Prabowo. Puja-puji para pendukungnya terhadap Jokowi juga luar biasa. Tak ada presiden lain sehebat Jokowi.

ASEAN Federation of Engineering Organization (AFEO) yang kali ini diketuai oleh Heru Dewanto — seorang alumnus UGM— baru saja memberi gelar kepada Jokowi sebagai Insinyur tertinggi Asia Tenggara.

Penghargaan tertinggi "The AFEO Distinguished Honorary Patron Award" ini, kata Heru, diberikan karena seluruh karya gemilang insinyur-insinyur indonesia selama lima tahun terakhir, di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi yang juga seorang insinyur.

Kampus Universitas Trisakti berencana memberi gelar kepada Jokowi sebagai “Putra Reformasi.” Lengkap sudah.

Tidak ada tanda-tanda mahasiswa akan bergerak. Depolitisasi kampus berlangsung sangat massif. Mahasiswa seakan tidak peduli hiruk pikuk politik.

“Gadget, Pesta, dan Cinta,” menjadi semacam kelanjutan kredo sebagian mahasiswa di masa lalu “Buku, pesta, dan Cinta.”

Mereka seakan tak peduli ada kecurangan selama pilpres berlangsung. Belasan pengunjukrasa tewas, dan ratusan pemrotes kecurangan pilpres ditangkap disiksa dan diadili.

Ratusan petugas KPPS tewas, dan penyalahgunaan aparat kepolisian untuk menekan kelompok oposisi.

Masyarakat sipil juga terbelah dalam dua kubu. Media yang sebagian besar dimiliki oleh konglomerat dan petinggi parpol, menjadi humas penguasa dan digunakan untuk menekan oposisi.

Namun upaya pelemahan KPK melalui revisi UU, dan pemilihan pimpinan yang KPK yang cacat secara etik, membuat mahasiswa siuman. Mereka bergerak!

Mahasiswa di daerah menyasar gedung-gedung pemerintah. Di Jakarta mereka menyatroni gedung DPR. Pagar gedung DPR dijebol.

Senin malam sebagian mahasiswa ada yang bermalam di komplek DPR. Selasa (24/9) mereka akan kembali datang dengan massa yang lebih besar, dan berencana menduduki gedung DPR.

Para dosen dan pimpinan perguruan tinggi, secara diam-diam mulai mendukung gerakan mahasiswa. Padahal mereka selama ini selalu membebek apapun maunya penguasa. Sejumlah kampus diliburkan, untuk memberi kesempatan mahasiswa berunjukrasa.

Isu pelemahan KPK ini digunakan oleh mahasiswa menuntut pengunduran diri Jokowi. Dianggap bagian dari oligarki yang mengebiri KPK, melindungi para koruptor.

(Tergantung konsistensi dan stamina mahasiswa)

Apakah gerakan ini akan berujung pada jatuhnya Jokowi seperti dituntut mahasiswa, dan siklus politik 20 tahunan akan kembali terjadi. Atau terjadi kompromi-kompromi politik?

Semuanya berpulang kembali pada konsistensi dan daya tahan aksi mahasiswa.

Apakah mereka berhasil digembosi dan masuk angin di tengah jalan. Atau terus berjuang sampai tuntutan mereka dipenuhi seperti para pendahulunya aktivis mahasiswa 1998?

Presiden Jokowi sudah dengan tegas menolak menerbitkan Perpu membatalkan pemberlakuan UU KPK yang baru. Artinya UU tersebut akan efektif berlaku 30 hari setelah disahkan DPR. Pimpinan KPK dibawah komando Irjen Pol Firli Bahuri juga akan segera dilantik.

Sikap Jokowi ini sangat mengejutkan. Apakah dia tidak menyadari besarnya ancaman yang tengah dihadapi. Seperti biasa menggampangkan persoalan?

Meledaknya aksi mahasiswa di berbagai kota, menunjukkan kontrol pemerintah, dalam hal ini aparat intelijen dan Polri tidak sekuat yang dibayangkan.

Bisa kebobolan. Namun bisa juga dibobolkan.

Aksi unjukrasa mahasiswa ini membuat pemerintah gugup dan gagap.

Pemerintah kini tengah menghadapi berbagai persoalan besar yang tak mampu ditangani. Overloaded.

Defisit APBN, pelemahan fiskal, krisis Papua, kebakaran hutan, defisit BPJS, harga-harga kebutuhan pokok yang terus melambung, daya beli masyarakat terus menurun. Yang paling parah adalah tingkat kepercayaan publik sangat rendah terhadap pemerintah.

Sekarang tinggal adu kuat antara mahasiswa dan kekuatan-kekuatan sipil masyarakat versus para penguasa di bawah rezim Jokowi.

Kemana semua ini akan bermuara? Apakah siklus 20 tahunan akan kembali terjadi, dan sejarah akan mencatat tahun 2019 sebagai : HARI KEBANGKITAN MAHASISWA INDONESIA?

Gerakan mahasiswa 2019 akan memainkan peran kunci dan membuktikannya. end (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #aksi-mahasiswa  #kpk  #jokowi  #dpr  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...