Oleh Alfin pada hari Sabtu, 15 Feb 2020 - 05:34:25 WIB
Bagikan Berita ini :

Mencari Jalan Keluar Ditengah Dilema Memulangkan Anak-Anak Simpatisan ISIS

tscom_news_photo_1581719665.jpeg
WNI pendukung ISIS (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Memutuskan nasib warga negara Indonesia (WNI) yang pernah mendeklarasikan diri sebagai simpatisan ISIS di Timur Tengah tidak mudah bagi Indonesia. Pemerintah dari instansi terkait termasuk Presiden sendiri tengah dihadapkan pada hal yang rumit mengatasi hal tersebut.

Di satu sisi, opsi mengembalikan ratusan WNI eks anggota teroris pimpinan Al-Baghdadi itu menjadi kendala yang dinilai berpotensi menjungkal keamanan negeri. Tapi di sisi lain, dari 689 WNI itu, terdapat anak-anak yang penting juga dipikirkan oleh pemerintah akan nasib mereka.

Membuka peluang untuk memulangkan anak-anak itu pun menjadi opsi yang kini hampir diputuskan pemerintah. Namun, verifikasi tetap diperlukan guna mengetahui secara pasti akan identitas mereka.

Melihat dilema pemerintah itu, anggota komisi III DPR RI, Didik Mukrianto, meminta pemerintah mencari jalan keluar dari permasalahan memulangkan bekas anggota ISIS ini. Namun, demikian pemerintah juga perlu mempertimbangkan secara matang akan dampaknya jika memilih untuk memulangkan mereka.

"Ini kearifan dan kebijakan pemerintah untuk melindungi khususnya anak-anak di bawah umur akibat ulah orang tuanya yang bertanggungjawab juga perlu dicarikan jalan keluar," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/2/2020).

Menurut Didik, prinsip kehati-hatian perlu dipertimbangkan secara matang, dalam arti pemerintah juga jangan mengambil sikap terburu-buru. Sebab, menarik mereka pulang berarti memisahkan mereka dari orangtuanya, dan hal ini dapat dipastikan akan sangat berpengaruh terhadap aspek psikologi mereka.

"Tentu kita juga memahami apakah secara psikologis anak-anak yang selama ini dibawa orang tuanya ini akan kita pisahkan nanti dengan orang tuanya, ini kan problem sendiri," ujarnya.

Politisi Demokrat ini memahami Kondisi ratusan WNI itu kini terlunta-lunta di Suriah maupun negara tetangganya. Dia juga menyinggung bahwa hal tersebut sebagai konsekuensi dari mencerap ideologi ekstrimis yang diketahui menjadi musuh negara-negara di dunia.

Akan tetapi, lanjut dia, para WNI juga mesti menanggung akibat dari yang mereka perbuat. Secara hukum mereka dinyatakan kehilangan kewarganegaraannya karena membakar paspor mereka sendiri demi menyerahkan nasib mereka pada ISIS.

"Bagaimana pun juga WNI yang sudah kemudian bergabung dengan ISIS ini menjadi bagian dari konteks hukum, di mana warga negara ini sudah menanggalkan Kewarganegaraan Indonesia kemudian bergabung di dalam tentara ISIS sendiri," paparnya.

Kehilangan kewarganegaraan tak cukup membuat mereka menanggung derita sampai di situ. Belakangan, pemerintah juga telah mengumumkan tak akan memulangkan mereka ke Tanah Air. Pemerintah telah menutup pintu kepulangan mereka yang dulunya merupakan warga negara Indonesia.

Meski begitu, pemerintah tetap membuka peluang memulangkan anak-anak mereka. Mengenai kapan akan kepastiannya, masih menjadi hal yang rumit dipikirkan oleh pemerintah.

"Memang tidak tertutup kemungkinan diskursus terkait dengan anak-anak di bawah umur di sana, ini juga menjadi diskursus penting di negara kita," tandas Didik. (Al)

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement