Opini
Oleh Asyari Usman (Wartawan Senior) pada hari Minggu, 08 Okt 2017 - 08:17:46 WIB
Bagikan Berita ini :

Jenderal Gatot Nurmantyo: Berbicara Apa Adanya, Tanpa Beban

13IMG_20170201_194417.jpg
Asyari Usman (Wartawan Senior) (Sumber foto : Istimewa )

Dia tidak peduli mau diapakan oleh atasannya, yang penting dia harus menyampaikan apa-apa yang, menurut dia, harus dijelaskan kepada rakyat tentang situasi yang ada. Mau dimarahi atasannya, mau dicopot, mau dipecat, atau dihembus-hembuskan menjadi cawapres, beliau tak mau tahu. Karena, bagi beliau, semua ini tidak penting.

Yang penting bagi beliau adalah:
Pancasila utuh,
NKRI terjaga,
PKI tak kambuh,
Senjata ilegal tak ada.

Itulah “the real soldier”. Tentara sejati! Dialah Jendelan Gatot Nurmantyo, prajurit TNI. Anda bual, saya pergi. Ente jual, ane beli.

Orang mau berkomentar “GN sedang mencari perhatian” atau “GN berambisi menjadi presiden” atau “GN berpolitik”, dlsb, beliau tidak ambil pusing. Karena memang tidak ada satu pun diantara sangkaan ini yang penting bagi beliau.

Kalau ada orang yang terus berkomentar seperti itu, Jenderal tak akan terganggu. Karena begitulah anggapan terhadap beliau yang sangat keliru.

Panglima menumpahkan keprihatinannya terhadap situasi di Indonesia saat ini tanpa ada beban apa-apa. Karena beliau memang tidak berambisi apa-apa kecuali untuk menyelamatkan NKRI dari ancaman perpecahan dan malapetaka. Ancaman komunisme. Ancaman PKI. Ancaman ketidakadilan.

Jenderal Gatot berterus terang tentang apa yang disebutnya sebagai “impor senjata ilegal”. Pernyataan ini semula penuh kontroversi, tetapi terbukti membawa hikmah. Salah satu hikmahnya adalah Polri mengakui bahwa mereka memang membeli senjata berkaliber militer dari luar negeri. Ternyata GN tahu persis apa yang harus dilakukannya. Bahwa kemudian ucapan beliau itu berbuntut polemik tajam, bukan masalah besar.

Setelah pernyataan Panglima itu menyulut silang-pendapat di tengah masyarakat, GN tidak peduli tentang kemungkinan Presiden marah kepada dia. Atau, akan memecat beliau. Karena, yang dilakukan Pak Gatot tidak ada yang masuk kategori melawan atasan, c.q. Presiden.

Jenderal GN tidak takut dicap “partisan” ketika beliau mengatakan di depan kuliah umum bahwa “yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini adalah umat Islam. Karena memang begitu faktanya,” ujar Panglima TNI. Tetapi, dengan nada hormat dia kemudian menjelaskan bahwa fakta tentang perjuangan umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia, tidak berarti umat Islam boleh berlaku dan berperilaku sewenang-wenang. Narasi ini seratus persen disepakati oleh kaum muslimin di seluruh Indonesia.

Nyaris tidak ada komentator politik yang tidak berpendapat bahwa Jenderal Gatot mengeluarkan ucapan seperti itu hanya untuk merebut simpati umat Islam. Andaikata ini benar, sungguh strategi Panglima “menyebelahi” umat Islam sangat riskan sekali kalau dikaitan dengan pengamatan bahwa beliau berambisi menjadi presiden.

Kalaulah GN punya ambisi presidensial, maka menyebelahi umat Islam sama dengan “bunuh diri”. GN pasti tahu betapa banyaknya mata dan telinga “adidaya anti-Islam” yang memonitor Indonesia. Pasti dia masuk daftar hitam (black list) di mata superpower dunia yang punya kepentingan besar terhadap Indonesia.

Hampir pasti nama beliau tak masuk nominasi di mata “external forces” (kekuatan asing). Beliau tahu itu. Di mata kekuatan asing, “hijau yang terlalu kental” adalah warna mati.

Akan tetapi, Pak Gatot tidak peduli semua itu. Karena tidak ada ambisi apa-apa. Dia mengeluarkan peringatan apa adanya. Tanpa beban.

Gaya “apa adanya, tanpa beban” yang ditunjukkan Jenderal Gatot pastilah membuat sebagian orang senang dan sebagian lainnya gerah. Reaksi beragam itu sangatlah alami. Ini pun tidak dilayani Pak Gatot. Sebab, beliau tidak sedang “mem-browsing” opini.

Kalau kemudian nanti ada elemen umat Islam yang menjagokan Pak Gatot Nurmantyo untuk menjadi capres 2019, itu sepenuhnya di luar agenda beliau. Pak Gatot pasti tidak mau membebani dirinya dengan reaksi masyarakat.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...