Opini
Oleh Syafril Sjofyan (Pengamat Kebijakan Publik, Aktivis Pergerakan 77-78) pada hari Minggu, 04 Nov 2018 - 16:17:24 WIB
Bagikan Berita ini :

Tidak Saja Impor Pangan Semakin Deras, Impor TPT Pun Ikut Membanjiri

19Syafril-Sofyan.jpg
Syafril Sjofyan (Sumber foto : Istimewa)

Bisa jadi Jokowi sebagai Presiden seorang yang amat baik, saking baiknya bisa saja lemah terhadap kepentingan tokoh yg mendukungnya, termasuk kepentingan partai pendukungnya. Membanjiri nya impor pangan yang dikelola oleh Mendag pada tahun 2018 jika dibanding tahun sebelumnya sangat mencolok, apakah ini kepentingan ditahun politik, penulis belum bisa menyimpulkan.

Gaduh tentang impor beras sudah diketahui oleh kalayak ramai melalui hasil audit BPK, dan viral marahnya Kepala Bulog Buwas " Matamu!" bahkan Rizal Ramli telah pula melaporkan kasus mafia pangan ke KPK. Data kenaikan impor pangan Januari - Sept 2018 oleh BPS memperlihatkan betapa joj-jorannya impor Pangan; gula tebu impor naik sebesar 9,7%, kenaikan impor daging 17,81%, impor garam juga mengalami kenaikan 22,34%, impor kakao tercatat naik 17%, mentega mengalami kenaikan 11%, Tepung terigu mencatatkan kenaikan 30%, Teh impor naik sekitar 3%, Kopi luar biasa mengalami kenaikan 524% alias 5 kali lipat, Cengkeh, mengalami kenaikan impor 7 %

Mendag yang berasal dari parpol sangat "kekeuh" terhadap perlunya impor, wajar jika ditenggarai punya kepentingan, anehnya kegaduhan impor tersebut walaupun bertolak belakang dengan kebijakan untuk meningkatkan ekspor dan defisit perdagangan, sepertinya terkesan "dibiarkan" oleh Presiden Jokowi.

Tidak saja Pangan tapi TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) juga ternyata dibanjiri oleh impor data menunjukan terjadi kenaikan impor secara menggila di tahun 2018, setelah berlakunya Permendag 64 tahun 2017 yg mengijinkan trader bisa impor lewat Pusat Logistik Berikat (PLB).

Konon perusahaan di PLB tempat stok barang impor ini "dikuasai" oleh orang dari satu kelompok Partai.

Mendag untuk impor TPT "disokong" oleh Ketua API (Asosiasi Pertekstilan Indonesia), yang juga adalah caleg DPR RI dengan partai yang sama dengan Mendag, selalu bicara bahwa kita perlu impor untuk kepentingan ekspor dan IKM.

Alasan untuk melindungi kepentingan ekspor jelas tidak relevan karena nilai ekspor tidak naik dan alasan kepentingan IKM lebih tidak tepat karena untuk ekspor sudah ada fasilitas KB/KITE dan lagi kebutuhan IKM sudah bisa dipenuhi oleh bahan baku lokal, tepatnya adalah adanya mafia TPT yang hanya mengutamakan kepentingan kelompok importir.

Anehnya data API sendiri menyatakan utilisasi Industri TPT saat ini msh dibawah 50%.

Konon Memperin sudah beberapa kali berkirim surat agar impor TPT dikendalikan, sepertinya hal tersebut tidak akan digubris, jika Presiden Jokowi betul- betul kuat, mafia pangan dan mafia TPT tentunya tidak akan meraja lela seperti tahun ini. Memang sudah semestinya Presiden Jokowi lebih tegas berpihak kepada kepentingan rakyat dengan memecat Mendag yang lebih condong membela kepentingan importir, last but not least lebih membela kepentingan partai, namun jika keberpihakan Presiden sama dengan menterinya apa boleh buat, rakyat tak berdaya.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...