JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) –Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menyampaikan ucapan pesan Natal kepada keluarga besar umat Nasrani di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).
Dalam pesannya, Tjahjo berharap Perayaan Natal 2018 kali ini dapat menebarkan kedamaian, membawa kemuliaan di hati, dan membawa semangat kegotong-royongan demi membangun negara Indonesia tercinta.
Tjahjo menjelaskan, bahwa sesuai Undang-undang perayaan 6 (enam) agama semata-mata untuk menunjukkan bahwa pemerintah melindungi dan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh warga negara untuk tidak hanya memeluk dan tidak hanya beribadah, tetapi juga melaksanakan acara keagamaan yang ada.
Hal itu disampaikan Tjahjo dalam Perayaan Natal bersama di lingkungan Kemendagri dan BNPP yang dilaksanakan di Aula Sasana Bhakti Praja Kemendagri Jakarta, jum’at (18/1/2019). Dalam kesempatan inihadir juga pemeluk agama lain.
Diketahui, Kemendagrimemang menjadikan peringatan hari-hari besar keagamaan menjadi agenda rutin tahunan untuk dirayakan bersama.
Lebih jauh, Tjahjo menjelaskan, bahwa negara Indonesia adalah negara majemuk dan negara yang menanamkan rasa gotong-royong.
“Negara kita adalah negara yang majemuk, negara kita adalah negara yang bergotong royong, negara kita adalah negara yang membangun kasih sayang dalam rangka melayani masyarakat dari sebuah pemerintahan yang ada,” ujar Tjahjo.
Tak lupa, politisi senior PDI-P ini juga mengucapkan duka mendalam atas bencana alam yang terjadi di tahun 2018 dengan harapan di tahun yang akan datang akan lebih baik.
Tjahjo kemudian mengingatkan masyarakat akan sensitivitas di tahun politik jelang Pemilu Serentak 2019. Dia berharap, tahun ini menjadi tahun yang menggembirakan, dimana masyarakat Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi.
Tjahjo juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama turut menghilangkan racun demokrasi di Indonesia.
“Hilangkan racun-racun demokrasi seperti politik uang, berujar kebencian, fitnah, berita bohong, hoax, apalagi kampanye yang bersifat politisasi SARA. Sehingga partisipasi masyarakat bisa secara maksimal, negara menjamin kebebasan negara menjamin keamanan sehingga seluruh warga negara bisa melaksanakan konsolidasi demokrasi di negara kita Indonesia tercinta dengan damai”, tegas Tjahjo.
Di akhir sambutannya, Tjahjo menitipkan kepada pemuka agama agar khotbah keagamaan harus berisikan semangat persatuan dan kesatuan agar rasa kebersamaan dan persaudaraan tidak menjadi korban.
“Saya titip kepada pimpinan keagamaan yang ada, pada Romo dan Pastur yang ada setiap khotbah-khotbah untuk titipkanlah rasa kebersamaan, rasa persatuan dan kesatuan, rasa persaudaraan, rasa kasih sayang di antara kita. Jangan hanya karena mengejar kekuasaan, mengejar jabatan mengorbankan kasih sayang sehingga mengorbankan kebersamaan dan persaudaraan di antara kita”, pungkasnya. (Alf)