Oleh Fuad Bawazier Menteri Keuangan Era Orde Baru pada hari Kamis, 09 Mar 2023 - 11:15:46 WIB
Bagikan Berita ini :

SMI Sebaiknya Mundur

tscom_news_photo_1678335346.jpg
Fuad Bawazier Menteri Keuangan Era Orde Baru (Sumber foto : Istimewa)

Bermula dari kasus Mario Dandy memukuli anak petinggi Ansor lalu ke ayahnya Rafael Alun dan berlanjut menjadi pintu pandora skandal besar di Ditjen Pajak dan Kementerian Keuangan pada umumnya. Terus merambat sampai ke Menteri Keuangan yang dituntut mundur dari jabatannya.

Berbagai macam analisa dikemukakan mulai dari SMI yang telah kehilangan kepekaan (no sensitivity), telah terlalu lama menjabat, telah merasa menjadi God Father Kemenkeu, dan percaya dirinya sebagai menteri keuangan terbaik di dunia.

SMI merasa sebagai menteri terbaiknya Jkw sehingga tidak tersentuh, tidak dapat dilengserkan seperti dalam kasus Bank Century ketika Sri Mulyani terpental dan ditampung Bank Dunia untuk dipoles lebih lanjut sebelum dilepas kembali.

Tapi kali ini badai datang dari jajarannya sendiri, dari DJP. Sebenarnya di DJP jauh lebih banyak pegawai yang baik dari pada pegawai yang rusak.

Namun yang jelek-jelek itu lebih berkesempatan untuk konsolidasi dan mengorganisir diri seperti dalam Blasting Ryder Club (Moge Club DJP) yang merupakan Club Elite di lingkungan pajak.

Singkat cerita, kelompok elit pajak ini mampu lobby-lobby ke atasan sehingga semua laporan terhadap elit ini tidak di proses, lumpuh, ewuh pekewuh.

Laporan-laporan dari BPK dan PPATK tidak diproses, tidak bisa tembus. Elit ini terasa sakti dan semakin merajalela. SMI sebagai God Father membiarkan atau sengaja tidak memproses laporan-laporan tentang mereka. Why?

Karena SMI merasa sdh dekat dengan elit ini dan elit ini penting bagi SMI. Sekurang-kurangnya elit ini tidak cerewet menuntut pemisahan organisasi DJP dari Kemenkeu.

Di sini ada take and give antara SMI dan elit DJP. Ini adalah sifat politik SMI. Kami para seniornya merasa prihatin. Kami para seniornya meminta agar SMI berlaku profesional saja.

Tapi apa yang kami lihat sungguh sebaliknya, SMI semakin menjadi politisi. Kami ambil beberapa contoh saja.
Pertama, SMI mengatakan bahwa selama Orba, Menkeunya tidak mencatat aset aset negara dengan mengambil contoh yang bombastis yaitu bila istana negara dituntut oleh anak cucunya penjajah maka kita bisa kalah dlsb.

Karena itu SMI bikin projek pencatatan aset negara dan seperti biasanya dananya dari utang. Diklaim sebagai “untuk pertama kalinya” aset negara kini di catat. Klaimnya, - kini semua aset negara sekecil apapun,- di seluruh Indonesia tercatat. Lalu menyimpulkan bahwa aset negara yang tercatat itu ternyata besar dan bisa menutupi utang negara.

Padahal aset aset negara itu tidak semuanya untuk diperjual- belikan, dan bercampur antara yang komersial dan non komersial yang praktis tidak bisa di transaksikan seperti jalan baik di kota maupun di pelosok pelosok tanah air.

Kami para senior di Kemeterian Keuangan dulu berpikir lebih dalam, lebih kritis, dan lebih objektif, yakni hanya mencatat aset yang bisa hilang dan mempunyai komersial values. Ini untuk menghemat pembiayaan.

Aset seperti jalan di desa desa untuk apa di catat pemerintah pusat karena tidak bernilai komersial dan tidak bisa di curi karena semua orang tahu bahwa itu milik negara. Jadi SMI adalah pahlawan kesiangan.

Contoh kedua, SMI mengatakan bahwa sewaktu dia menjadi Menteri Keuangan untuk pertama kalinya diakhir 2005, Kementerian Keuangan seperti hutan belantara bla bla bla.

Kembali SMI ingin menunjukkan dirinya sebagai pahlawan yang mampu membenahi Kementerian sambil menenggelamkan para seniornya.

Sungguh pernyataan-pernyataan politis ngawur SMI ini menghantam para seniornya. Padahal yang kami lihat justru sebaliknya, memprihatinkan sekali.


Ketiga, melihat pukulan yang bertubi tubi kepada jajarannya dan pribadinya, SMI malah mengambil kesempatan untuk berhutang lagi (biasanya kepada Ban Dunia) untuk membiayai reformasi lebih lanjut di Kemkeu. Meski reformasi-reformasi di Kemkeu relatip belum lama di lakukan SMI dengan utangan dari Bank Dunia dan hasilnya organisasi yang semakin mahal (semakin bengkak) dan menghasilkan Gayus dan Rafael.

Dan sekarang mau di projekkan lagi? Kata orang waras, ampun deh! Makanya lebih tepat SMI mengundurkan diri.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
AMIN BANNER 01
advertisement
AMIN BANNER 02
advertisement
AMIN BANNER 03
advertisement
AMIN BANNER 04
advertisement
AMIN BANNER 06
advertisement
AMIN BANNER 08
advertisement
Lainnya
Opini

In Prabowo We Trust" dan Nasib Bangsa Ke Depan

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Kamis, 28 Mar 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya kemarin di acara berbuka puasa bersama, "Partai Demokrat bersama Presiden Terpilih", tanpa Gibran hadir, kemarin, ...
Opini

MK Segera saja Bertaubat, Bela Rakyat atau Bubar jalan

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi (MK) segera bertaubat. Mumpung ini bulan Ramadhan. Segera mensucikan diri dari putusan-putusan nya yang menciderai keadilan masyarakat.  Di ...