Oleh Rahmatikan 23 pada hari Jumat, 25 Jul 2025 - 13:01:05 WIB
Bagikan Berita ini :

Ketika Kebencian Datang Tanpa Sebab: Sebuah Refleksi Psikologis dan Spiritual

tscom_news_photo_1753423265.jpg
Ilustrasi kebencian (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Di tengah kehidupan yang saling terhubung seperti sekarang, kita bisa bersinggungan dengan banyak orang: di lingkungan kerja, keluarga, media sosial, bahkan dalam lingkaran pertemanan. Namun, pernahkah kita merasa dibenci oleh seseorang tanpa tahu mengapa? Tanpa pernah menyakiti, menyinggung, atau bahkan berinteraksi secara mendalam dengannya?

Fenomena ini bukan hal baru. Dalam perjalanan hidup, banyak orang mengalaminya. Kebencian tanpa sebab yang nyata seringkali menyisakan tanya: “Apa salahku?”, “Mengapa dia begitu benci padaku?” Padahal bisa jadi jawabannya bukan soal siapa kita, tapi lebih pada apa yang sedang dialami oleh si pembenci.

Mengenali Akar Psikologisnya

Secara psikologis, kebencian tanpa alasan logis dapat berakar dari berbagai sumber:

Proyeksi batin: Ketika seseorang merasa rendah diri, ia bisa saja memproyeksikan rasa itu dengan membenci orang lain yang tampak percaya diri, sukses, atau bahagia.

Iri dan dengki: Ini adalah emosi manusiawi yang kadang tumbuh liar tanpa kendali. Orang yang tidak mampu menyaingi kebaikan atau pencapaian orang lain, bisa memilih jalan kebencian sebagai pelarian emosinya.

Trauma masa lalu: Kadang, seseorang membenci orang yang sama sekali tidak bersalah karena wajah, gaya bicara, atau cara berpikirnya mengingatkan pada tokoh dari masa lalu yang pernah melukainya.

Pengaruh sosial: Tidak sedikit yang terhasut oleh kabar burung, fitnah, atau kebencian kolektif dari kelompok tertentu. Kebencian ini menyebar seperti virus, bahkan tanpa kontak langsung dengan orang yang dibenci.

Dari Perspektif Spiritual: Cermin Diri dan Ujian Jiwa

Dalam refleksi spiritual, kebencian tanpa alasan adalah bagian dari ujian batin yang harus dilampaui dengan kedewasaan. Al-Qur’an mengingatkan:

> “Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seakan-akan telah menjadi teman yang setia.”
— (QS. Fussilat: 34)

Ini bukan ajaran untuk menjadi lemah, melainkan untuk kuat secara ruhani. Memaafkan bukan berarti membiarkan kejahatan, tetapi melepaskan diri dari rantai kebencian yang menyandera jiwa.

Kebencian tanpa sebab juga mengajarkan kita satu hal: bahwa tidak semua kebencian itu tentang kita. Kadang, itu tentang luka orang lain yang belum sembuh, rasa tidak aman yang belum mereka pahami, atau kekosongan makna dalam hidup mereka.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

1. Jaga hati dan akal sehat
Jangan buru-buru membalas dengan dendam. Diam bukan berarti kalah. Kadang, diam adalah bentuk tertinggi dari pengendalian diri.


2. Bersihkan diri dari energi negatif
Melalui doa, perenungan, atau ibadah, kita bisa menjaga agar kebencian orang lain tidak meracuni jiwa kita.


3. Maafkan dalam hati, meski tanpa rekonsiliasi
Memberi maaf tidak selalu berarti membangun kembali hubungan. Kadang, cukup dengan melepaskannya dalam batin agar kita tetap bisa berjalan tenang.


4. Tegaskan batas
Jika kebencian itu telah berubah menjadi ancaman, fitnah, atau kekerasan, jangan ragu untuk membela diri secara legal dan bermartabat.

Penutup: Kita Tidak Bisa Mengendalikan Hati Orang Lain, Tapi Bisa Menjaga Hati Kita Sendiri

Kita tidak bisa memaksa semua orang menyukai kita, sebagaimana kita tidak bisa menahan hujan untuk tidak turun. Tapi kita bisa memilih: apakah akan tetap berdiri tenang di bawah payung keyakinan, atau ikut basah oleh derasnya prasangka orang lain.

Kebencian yang tidak punya alasan logis, pada akhirnya adalah persoalan hati—dan hanya hati yang bersih yang bisa menyembuhkannya.

Semoga kita termasuk dalam golongan orang yang mampu menjaga hati, menyembuhkan luka, dan tetap mencintai kehidupan… bahkan ketika dibenci tanpa sebab.

Rahmatikan 23
Pemerhati spiritualitas sosial dan kemanusiaan

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #ujaran-kebencian  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Mahfud MD Kritik Vonis Tom Lembong: Banding Adalah Keharusan

Oleh Ariady Achmad
pada hari Jumat, 25 Jul 2025
TEROPONGSENAYAN.COM - Jakarta, Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat yang menjatuhkan hukuman 4 tahun 6 bulan penjara kepada Thomas Trikasih Lembong, atau yang lebih ...
Opini

Energi Ramah Bumi Tak Bisa Ditawar dan Ditunda

TEROPONGSENAYAN.COM - Jakarta, Energi merupakan salah satu isu penting dan utama dunia. Dalam konteks krisis iklim, penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca berasal dari sektor energi, khususnya ...