Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Minggu, 23 Okt 2016 - 06:11:52 WIB
Bagikan Berita ini :

Proto Diktator

98IMG_20161021_183136.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa)

Salah satu anomali seputar tor adalah dia sering muncul via mekanisme demokrasi. Adolf Hitler contohnya.

Ahok, selain konyol, sangat punya potensi menjadi seorang diktator. Janggalnya, dia lahir akibat proses penyimpangan 'freedom of speech' di dunia cyber. Seperti kata Herbert Hoover, "It is a paradox that every dictator has climbed to power on the ladder of free speech."

Dalam gradasi kekejaman berbeda, NAZI dan Ahokers bisa dimasukan ke dalam satu kategori i.e. "orang-orang dungu."

Bila sejarah sudah fix menetapkan Hitler sebagai diktator kejam, sampai saat ini Ahok masih dalam kategori proto-tiran. Hitler dan Ahok punya kemiripan substantif. Sama-sama dianggap baik di fase awal. Namun lihat apa yang terjadi pasca Red Army Stalin masuk Berlin. Ahokers tentu tidak mesti berakhir seperti kaum NAZI. Masih ada waktu menuntaskan alur sejarah ini.

Sebagai proto-tiran, Ahok punya segala potensi membungkam kebebasan. Persis seperti Hitler. Bukankah dengan gamblang Ahok mengekspresikan betapa dia nggak ragu mengeksekusi seribu demonstran di depan kamera tivi. Dia juga berpikir untuk mengisi water canon tank dengan bensin. Lihat aksi gusuran Ahok yang membangkrutkan 8 ribu KK hanya dalam waktu sekejap.

Ahok belum memiliki power sekuat Hitler at the peak. Makanya Ahok masih tampak baik. Namun ingat pesan Hoover, "Immediately on attaining power each dictator has suppressed all free speech except his own."

Dalam skala lebih rigid, di proses penggusuran, Ahok adalah seorang diktator. Dia berbeda dengan penyelesaian ala Jokowi ketika menggusur warga. Ahok tidak pake dialog. Dia main sikat. Jelas, Ahok is a terrible dictator. Dan seperti kata Demosthenes, "Every dictator is an enemy of freedom, an opponent of law."

Bicara soal hukum, Ahok jelas masuk golongan worst anarco. Dia bilang nggak suka ikut aturan. Di skandal korupsi Waras-gate dia injak UU dengan sebutir Perpres. Dia tidak menghormati keputusan pengadilan dengan tetap menggusur Bidara Cina. Dia menertawai "diskresi" di skandal barter proyek reklamasi. Dia bikin aturan sendiri yang dia istilahkan dengan "perjanjian preman" atau "the deal of the thugs". Tidak berlebihan bila aktifis Wignyo Prasetyo bergidik dan bilang, "Mengerikan itu si Ahok."

Ahok juga punya ciri-ciri diktator seperti digambarkan Ashton Kutcher, "ridiculous leapfrog innovation".

Chairman Mao Zedong, seorang diktator terbesar sepanjang hayat, pernah merilis program gagal "great leap forward". Ahok terlalu microscopic dibanding Mao. Namun Ahok punya potensi sebagai diktator edan. Lihat saja gagasan legalisasi prostitusi dan daging anjing. Lalu inovasi sungai dengan menggerakan TNI dan pasukan oranye. Program Qlue yang ditolak Ketua RT/RW dan pemecatan Agus Iskandar, Ketua RW 012 Kelurahan Kebon Melati.

Ahok mengancam Lurah agar pecat Ketua RW. Padahal Ketua RT dan RW dipilih warga via mekanisme demokrasi. Namun, Ahok sama sekali tidak memiliki pemahaman demokrasi sedikit pun. Makanya, dia pede melakukan sesuatu yang "ridiculous".

Pola pembangunan kekuatan diktatorial Ahok bertumpu pada kerja sama dengan "serikat taipan", militer dan politisi patron seperti Setnov, Luhut Binsar Panjaitan dan Surya Paloh (si Rambo penyelamat sandera Abu Sayyaf).

Saya jadi teringat apa yang disampaikan Bruce Bueno de Mesquite. Begini katanya:

"Dictators, unlike democrats, depend on small coterie to sustain their powers. These backers, generally drawn from the military, the senior civil service, and family clan members, have a synergistic relationship with their dictator. The dictator delivers opportunities for them to become rich, and they protect him from being overthrown."

Dari sini, jelas bagi saya bahwa Ahok memperkaya Kartini Mulyadi dengan harga NJOP di luar pakem, sebagaimana Podomoro dan konglomerasi besar lain dengan izin proyek reklamasi. In turn, para "backers" ini akan berusaha mempertahankan kekuasaan Ahok. Sekalipun dengan harga nasib rakyat dan demokrasi.(*)

TeropongKita adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongKita menjadi tanggung jawab Penulis.



Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

Oleh Swary Utami Dewi
pada hari Senin, 22 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...
Opini

Putusan MK dan Kejatuhan Joko Widodo

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Putusan MK dan Kejatuhan Joko Widodo adalah dua hal yang dapat di sebut sebagai sebab dan akibat. Putusan MK dalam gugatan Pilpres, akan menjadi sebab dan penyebab ...