JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Koordinator Wilayah Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Korwil Samawi) NTB Tuan Guru Haji Abussulhi mengkritik pernyataan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (HNW), yang menyebut peserta deklarasi Samawi yang mendukung Jokowi tidak punya tampang ulama.
Pembina Pondok Pesantren Nurul Ijtihad, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menyesalkan pernyataan Hidayat Nur Wahid yang seharusnya mencari tahu terlebih dahulu sebelum tergesa-gesa menilai.
"Sebagai muslim, baiknya Pak HNW itu lebih banyak bertanya dulu, Samawi itu apa, siapa tokoh-tokoh di dalamnya, bertanya itu kan bagian dari ciri-ciri orang berilmu. Daripada tergesa-gesa menilai, yang akhirnya penilaiannya cenderung ke arah fitnah atau tuduhan yang tidak mendasar," kata Tuan Guru Haji Abussulhi dalam siaran persnya, Jumat (13/7/2018).
Ia menjelaskan, Samawi adalah wadah solidaritas ulama, kiai, tuan guru, ustad atau tokoh muda Islam. Mereka ini direkomendasikan oleh para kiai, dan tuan guru sepuh di masing-masing daerah.
Misi utama Samawi yakni memastikan umara’ atau pemimpin harus berdampingan dengan ulama. Sebab dalam ajaran Islam, keduanya tidak boleh dipisahkan.
"Kedua, bahwa apa yang dirasakan oleh umat bahwa Pak Presiden memiliki atensi yang besar kepada umat Islam, serta terbukti membangun kemaslahatan negeri, dan kami di NTB merasakan betul dampak pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini, baik dalam infrastruktur dan pelayanan publik. Haruslah disampaikan berita-berita ini kepada masyarakat secara objektif. Karena berita fitnah dan hoax kepada beliau, sangat luar biasa serangannya," tegasnya.
Sebelumnya, video para peserta Samawi mendukung petahana Jokowi lanjut dua periode ramai dibahas di media sosial. Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, ikut menyoroti.
Video itu menggambarkan bagaimana massa Samawi, yang tampak seperti remaja tanggung. Mereka berganti dengan kaus Samawi. Tampak pula ibu-ibu lanjut usia yang memakai kaus ulama muda.
"Saya sudah lihat juga. Jadi, ya, banyak yang menyuarakan jangan bawa-bawa agama dalam politik, jangan politisasi agama, tapi kemudian terjadilah pengerahan massa yang disebut ulama muda. Tapi kalau dilihat dari yang hadir itu, tampang ulamanya nggak kelihatan," kata HNW.
Terkait itu, Tuan Guru Haji Abussulhi menyebutkan, yang hadir dalam acara deklarasi itu bukan hanya dari kalangan ulama muda. Sebab, ada juga peserta yang datang membawa keluarganya masing-masing, termasuk anak-anak.
"HNW belum tau kan? Ada ratusan kiai sepuh yang datang, yang sebelum acara menggelar ramah tamah dengan Pak Presiden. Sekali lagi, jika HNW bertanya dulu kepada kami, mungkin penilaiannya tidak seperti itu. Lah wong di dalamnya Samawi saya saksikan banyak ‘dzurriyat (anak-anak) kiai sepuh kok yang ikut, termasuk juga gus gus dan ajengan muda," imbuhnya.(yn)