Oleh Emron Pangkapi (Politisi PPP) pada hari Minggu, 20 Okt 2019 - 19:17:46 WIB
Bagikan Berita ini :

Hamzah Haz dan Pelantikan SBY-JK

tscom_news_photo_1571573866.jpg
Senyum Megawati dan Hamzah Haz di Pelantikan Jokowi-Ma'ruf Amin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (20/10/2019). (Sumber foto : Ist)

Alhamdulillah hari ini Presiden dan Wapres terpilih Ir. H Joko Widodo - KH Ma"ruf Amin, resmi dilantik, untuk mengembankan tugas kepresidenan masa bhakti 2019-2024.

Insya Allah, Wapres Jusuf Kalla mengakhiri tugasnya untuk priode yang kedua kalinya dalam husnul khatimah.

Dengan demikian, mulai sore ini seluruh fasilitas dan protokoler Wapres beralih dari JK ke KH Ma"ruf Amin.
Saya jadi teringat pengalamam 15 tahun yl. Persis, seperti hari ini 20 Oktober, yaitu upacara pelantikan Presiden dan Wapres terpilih SBY-JK menggantikan Megawati-Hamzah Haz.

Suasana pelantikan SBY-JK juga agak tegang, imbas pilpres pertama secara langsung di republik ini.
Pagi itu 20 Oktober 2004, saya baru kembali lagi ke Jakarta setelah melepaskan jabatan Ketua DPRD Babel.

Karena ingin "dekat" dengan suasana pelantikan Presiden, saya menuju markas PPP di jl Diponegoro Jakarta. Biasanya setiap even politik, tokoh tokoh partai selalu berada di sini mengikuti setiap perkembangan.

Namun ketika di tengah perjalanan, saya.mendengar siaran Radio Elsinta yang menginformasikan bahwa Presiden Megawati tidak menghadiri upacara pelantikan SBY-JK.

Menurut Elsinta Megawati sedang mengadakan pertemuan dengan jajaran fungsionaris PDIP di kawasan Kebagusan Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Wah, pikir saya, ini berita besar PDIP "memboikot" upacara pelantikan Presiden.

Dalam pilpres sebelumnya, di putaran kedua SBY-JK "menumbangkan" pasangan Megawat-Hasyim Muzadi (incumben) yang diunggulkan.

Adapun dalam pilpres putaran pertama Hamzah Haz berpasangan dengan Agum Gumelar. Di putaran kedua pendukung Hamzah-Agum yang diusung PPP diarahkan ke Mega-Hasyim.

Wah...kalau Ibu Mega tidak hadir ke gedung MPR, jangan-jangan Wapres Hamzah Haz juga tidak hadir, begitu fikir saya.

Maka saya langsung berbalik arah untuk mencaritahu di mana posisi pak Hamzah. Saya kemudian menuju kediaman pribadi beliau di Jl Tegalan Matraman Jakarta Timur.

Ternyata benar, sejumlah mobil patroli dan petugas pengawal, berada di situ. Artinya Wapres Hamzah Haz ada di rumah.

Ajudan Wapres dari unsur polisi Kombes Puji Hartanto, langsung merangkul saya agar segera menemani Pak Hamzah yang sedang berada di dalam.
Sebagai Wakil Sekjend DPP PPP (masa itu), saya dengan mudah melintasi X-Ray dan mencari pak Hamzah ke dalam rumah.

Saya menemukan pak Hamzah seorang diri di ruangan keluarga sambil menyaksikan siaran langsung televisi dalam acara liputan pelantikan Presiden.

Saya ingat betul Pak Hamzah mengenakan baju gamis putih, berkopiah putih dan memegang tasbih. Matanya tidak berkedip menyaksikan detik perdetik "siaran langsung" TV dari gedung MPR.

Saya mengucap salam dan langsung mengambil posisi duduk di sebelahnya. Suasana hening. Hening sekali.
Saya juga teringat ketika pak Hamzah terpilih sebagai wapres dalam voting perhitungan suara.

Saya juga mendampingi pak Hamzah Haz yang terus berdzikir di tempat sholat ruangan kerja Wakil Ketua DPR Tosari Widjaya. Para tokoh partai sedang berada di ruangan sidang mengikuti proses pemungutan suara. Hanya beberapa tokoh yang tidak menjadi anggota DPR bersama pak Hamzah di lantai 4 gedung DPR, termasuk saya dan Haji Fuad (Ketua DPW) dari Kaltim.

Kami mengikuti sorak sorai perhitungan suara dari ruangan pak Tosari Widjaya.

"Lha..bapak dak hadir", kata saya memecah keheningan.

"Ibu (Megawati) tidak bersedia hadir, fatsunnya, wapres juga tidak hadir", gumam pak Hamzah membuka percakapan.

Lalu pak Hamzah menceritakan keputusannya untuk juga tidak hadir, karena merasa wapres adalah satu paket.

Adapun untuk seluruh anggota Fraksi PPP beliau sudah diinstruksi agar hadir di upacara pelantikan SBY-JK di gedung MPR.

Maka pagi itu sepi, hampir semua fungsionaris PPP di gedung MPR, sehingga tidak ada yang mendampingi beliau saat mengakhiri masa jabatan wakil presiden, kecuali saya sendiri.

Berdua pak Hamzah kami mengikuti tahap demi tahap setiap prosesi upacara pelantikan melalui televisi yang berlangsung hampir dua jam.

Sampai kemudian kami dikejutkan dengan kedatangan Komandan Regu Pengawal Wapres dengan sigap sempurna dan suara keras memberikan laporan:

"Lapor.... tugas pengamanan Wakil Presiden di nyatakan selelai
..bla...bla....bla......"

Pak Hamzah langsung potong...udah... udah...udah...".

Laporan upacara militer itupun terhenti sekenanya...

Pak Hamzah tidak lagi membalas hormat dengan sikap sempurna, tapi hanya pegang pegang bahu komandan regu kawal paswalpres.

Komamdan itupun setengah berlari lari kecil keluar rumah.

Tak lama kemudian, agaknya untuk penghormatan terakhir, saya dengar sirene porwederjs paswal meraung-raung di jl Tegalan, lalu suaranya pelan pelan mengilang.

Menjelang dhuhur saya pamit kepada pak Ketua Umum PPP itu.

Sungguh saya terkejut semua perlengkapan pengawalan di halaman kediaman beliau seperti pos jaga, gerbang X-Ray, alat alat deteksi, deretan mobil patroli, yang tadi pagi berbaris-baris telah bersih.

Tinggal Kombes Puji Hartanto--satu satunya-- yang masih menyelesaikan tugas, itu pun sudah melepaskan baju dinas polisinya berganti kemeja putih.

Sungguh saya terenyuh, begitu kontras perbedaan suasana pagi saya datang dan saat siang saya mau meninggalkan rumah pak Hamzah Haz.

Hampir semua atribut dan fasilitas protokoler Wapres "lenyap" dalam sekejap, sehingga saya merasakan seperti ada "sesuatu" yang tercerabut..(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

GOLKAR: Dari Mesin Orde Baru Menuju Dinamika Demokrasi Modern

Oleh Ariady Achmad,Aleg Fpg 1997-2004
pada hari Minggu, 06 Jul 2025
Partai Golongan Karya, atau yang akrab disebut Golkar, merupakan salah satu entitas politik paling berpengaruh dalam sejarah Republik Indonesia. Dari awal berdirinya hingga saat ini, Golkar telah ...
Opini

Kembali ke UUD 1945: Refleksi atas Dekrit 5 Juli 1959 dalam Konteks Demokrasi Kontemporer

Pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekrit yang menandai titik balik perjalanan konstitusional Indonesia: Dekrit Presiden tentang Kembali ke UUD 1945. Dekrit ini, yang menandai ...