Blak-blakan jika mengemukakan pendapat. Nyerocos saat berbicara. Bahkan nyaris seperti tak ada yang bisa menghalangi saat pria ini mengungkapkan isi hatinya. Namun tak jarang muncul pula ungakapanya yang mengundang tawa.
Itulah Lieus Sungkharisma. Saya mengenalnya di arena diskusi dan pertemuan kalangan aktivis di Jakarta. Lieus juga aktif datang ke diskusi Reboan yang digelar Indemo pimpinan Hariman Siregar. Kami saling terlibat diskusi.
Tak seperti kebanyakan keturunan Tionghoa yang lebih suka berdagang atau berbisnis, pria kelahiran 11 Oktober 1959 ini adalah aktivis sosial kemasyarakatan, meski tetap tak meninggalkan darah bisnis yang dibawanya sejak lahir.
Lieus Sungkharisma bukan aktivis pinggiran. Namanya berkibar saat menjadi Ketua Umum Partai Reformasi Tionghoa Indonesia (PARTI). Itulah partai yang didirikan saat musim menjamurnya partai awal reformasi.
Bagi Lieus, partai hanyalah sarana. Tak lebih. Meski menggunakan nama Tionghoa, partai itu sejatinya adalah bentuk ungkapan Lieus mewujudkan nasionalisme ke-Indonesia-an. Membuncah dada Lieus jika bicara nasionalisme.
Sebagai warga keturunan tak mudah bagi Lieus menjalani sebagai aktivis. Namun dia hadapi semua cibiran dan ejekan. Baginya, menjadi aktivis adalah cara agar bisa memberikan manfaat bagi bangsa yang dia cintai.
Mantan Wakil Bendahara Depinas SOKSI (Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia) 1986 - 1991 serta mantan Ketua di DPP AMPI (Angkatan Muda Pembaruan Indonesia) dan DPP KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) ini pernah memprotes Jokowi membangun MRT.
Namun Lieus yang juga Ketua Umum Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabuddhi) tahun 1985 dan Ketua Perhimpunan Pengusaha Tionghoa DKI Jakarta ini adalah pendukung Jokowi saat Pilpres 2014. Dia mengajak dan meyakinkan saya ketika itu.
Namun, pria yang juga tercatat sebagai Ketua Umum Multi Culture Society sekaligus Vice President The World Peace Committee ini tak kurang kritisnya terhadap kinerja Presiden Jokowi yang dia nilai memble.
Lieus adalah pribadi yang hangat dan menyenangkan. Latar belakangnya dari kelompok minoritas tak menghalangi kami menjalin persahabatan. Kami saling menghargai dan menghormati pilihan dan keyakinan masing-masing.
Selamat Hari Raya Waisak, sahabat Lieus.(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #sarapan pagi #kolom #ariady achmad