TEROPONGSENAYAN.COM -Pertama, kami sampaikan selamat dan sukses atas diangkatnya Bapak Purbaya sebagai menteri keuangan.
Juga apresiasi yang tinggi atas paparan Menkeu yang begitu jelas dan mudah dicerna oleh masyarakat, sehingga langsung tercermin pada penerimaan pasar yang baik dengan bergairahnya indeks saham.
Mencermati paparan Menkeu di DPR, yang akan dilakukan pemerintah bekerjasama dengan BI adalah menaikkan Money Supply M0 dari sisi Moneter, dan mengawal serapan anggaran dari sisi fiskal.
Ini sudah sangat tepat. Yang dilakukan Menkeu sebenarnya mengkoreksi kebijakan burden sharing sebelumnya yang keliru dilakukan pada kondisi tidak sedang krisis.
Jika sebelumnya Bank Sentral membeli surat Utang Pemerintah, padahal Kas Pemerintah yang diparkir di Bank Sentral masih ada 425 Triliun, ini akan menyebabkan inflasi tanpa manfaat pertumbuhan yang berarti.
Dengan dikembalikannya sebagian dana pemerintah dan diinjeksi ke sistem perbankan, diharapkan akan menaikkan suplai uang ke sistem perbankan untuk memutar roda ekonomi.
Koreksi kebijakan ini memunculkan harapan, namun dengan beberapa catatan. Kita bisa analisis dengan persamaan dasar Quantity Theory of Money;
M.V = P.Y, dengan M adalah Supply Uang, V adalah Kecepatan Uang beredar, P adalah Inflasi, Dan Y adalah Produk Domestik Bruto.
Jika kita naikkan M, maka PY akan meningkat. Namun yang kita inginkan adalah Y, bukan P.
Saat ini yang terjadi, ada isu di M. Walaupun indikator Loan to deposit ratio perbankan cenderung rendah, namun pertumbuhan M0,1,2 juga rendah. Ini menunjukkan kredit tidak terserap.
Begitu juga dengan Y. Walaupun data resmi pertumbuhan masih diatas 5 persen, namun data ini banyak diragukan karena tidak sesuai dengan data indikator ril seperti penurunan penjualan mobil sampai 19 persen pada Agustus, kenaikan PHK sampai 32 persen, kontraksi impor, dan lain lain.
Sedangkan P atau inflasi saat ini cenderung bukan isu. Inflasi relatif terjaga dan rendah pada kisaran 2 persen, bahkan sempat mengalami deflasi 0.76 persen dan 0.48 persen pada Januari dan Februari 2025.
Dengan demikian, menaikkan M diharapkan akan menaikkan Y tanpa menaikkan P secara signifikan, karena saat ini ekonomi Indonesia sedang berjalan dibawah kapasitasnya.
Namun perlu diperhatikan, apakah masalah kita sebenarnya ada di M? Dengan memperhatikan data indikator ril ekonomi yang tidak menggembirakan dan data serapan kredit perbankan yang rendah, ini menunjukkan masalah utamanya ada pada V.
Karena itu, menaikkan M saja dari sisi moneter, walaupun sudah tepat, tidaklah cukup. Menkeu sebenarnya sudah menyadari ini. Disini kebijakan fiskal dan pendukungnya menjadi sangat penting. Deregulasi, debottlenecking, sederhanakan tata niaga, turunkan tarif pajak (naikkan rasio pajak, bukan tarif), hentikan belanja modal yang tidak benar-benar bermanfaat langsung pada ekonomi, alokasikan anggaran yang benar-benar berdampak, dan lain-lain.
Pemerintah bisa mulai dengan mengkoreksi kebijakan pemangkasan anggaran sebelumnya yang mengakibatkan ekonomi terkontraksi. Pemangkasan anggaran disebabkan 3 program; IKN, Danantara dan MBG.
IKN, yang merupakan beban dari pemerintah sebelumnya seharusnya dengan tegas dihentikan. Jadikan saja itu kota satelit atau ibukota Provinsi dengan kelanjutan anggaran pemda, tanpa perlu membebani APBN ratusan triliun.
Danantara, yang dananya diambil dari pemangkasan anggaran juga sebenarnya dibuat untuk menangani beban utang-utang ini. Sudah banyak yang memperkirakan sebelumnya, dan terbukti Danantara digunakan untuk menangani utang-utang kereta cepat dan BUMN bermasalah.
Dalam kondisi normal, sovereign wealth fund itu bagus, jika investasi awalnya didapat dari surplus dana, bukan ketika ekonomi sedang sulit.
Makan Bergizi Gratis. Program ini sebenarnya bertujuan baik, namun salah sasaran dan tidak tepat dilakukan dalam keadaan ekonomi sedang tidak baik. Dengan dana MBG yang diambil dari pemangkasan anggaran, dampak ekonomi secara total akan lebih buruk.
Teori ekonomi dasar: There is no free lunch. Program makan siang gratis ini sejatinya dibayar seluruh rakyat Indonesia dan menjadi beban ekonomi yang sangat besar dengan mengakibatkan perlambatan ekonomi.
Kalaupun ingin mempertahankan program MBG, lakukan dengan cermat dan tidak berlebihan. Jangan habiskan anggaran sampai ratusan triliun hanya untuk makan siang gratis. MBG bisa dilanjutkan dengan dana seperlunya, katakanlah 10-20 Triliun saja, dan peruntukkan hanya untuk daerah terpencil dan tertinggal. Atau dapat juga dengan dikonversi menjadi bantuan langsung berupa uang tunai atau sembako.
Jadi, koreksi pemangkasan anggaran yang menyebabkan ekonomi terkontraksi. Perbaiki alokasi anggaran untuk investasi yang berdampak langsung pada ekonomi di satu sisi, dan juga memperbaiki daya beli masyarakat di sisi lain.
Singkatnya, ada uang (M) tidak berarti membuat orang belanja (V). Gunakan seluruh instrumen kebijakan yang ada untuk meyakinkan pengusaha untuk memutar uangnya, dan membuat masyarakat membelanjakan uangnya.
Ahmad Akhyar Muttaqin,
Wakil Sekjen Partai Ummat
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #