TEROPONGSENAYAN.COM - Bangsa Indonesia hari ini berada di persimpangan sejarah. Tantangan global dan domestik datang silih berganti: krisis ekonomi, perpecahan sosial, degradasi budaya, hingga krisis kepemimpinan. Namun sejarah membuktikan, bangsa yang mampu bertahan bahkan bangkit kembali dari keterpurukan adalah bangsa yang memiliki resiliensi.
Resiliensi bukan sekadar daya tahan menghadapi krisis, melainkan kemampuan untuk bangkit, beradaptasi, dan bertransformasi menjadi lebih kuat. Ada enam fondasi yang harus dijaga agar Indonesia benar-benar bisa bangkit:
1. Identitas dan nilai bersama yang terpelihara.
2. Kompak dalam kohesi sosial.
3. Kepemimpinan yang kuat.
4. Ketahanan ekonomi.
5. Ketahanan spiritual dan budaya.
6. Kemampuan beradaptasi dan bertransformasi.
Namun di antara semuanya, kepemimpinan yang kuat adalah yang utama. CAMKAN.
---
Kepemimpinan Kuat: Pilar Utama Resiliensi
Sejarah dunia menunjukkan, bangsa yang berhasil bangkit dari keterpurukan selalu dipandu oleh pemimpin visioner, berintegritas, dan berkarakter kuat. Kepemimpinan seperti ini tidak sekadar memimpin, tetapi menyatukan, mengarahkan, dan menggerakkan rakyatnya untuk menatap masa depan.
Tiga contoh nyata dari dunia memberikan pelajaran penting:
Soekarno – Sang Proklamator dan Penggali Identitas Bangsa
Soekarno memimpin bangsa Indonesia keluar dari penjajahan menuju kemerdekaan dengan visi besar tentang kebangsaan. Ia merumuskan Pancasila sebagai dasar negara, membangkitkan semangat rakyat melalui pidatonya, serta berani menghadapi tekanan global dengan politik bebas-aktif.
Soekarno pernah berujar:
> “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”
Dan juga:
> “Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Kutipan ini menegaskan bahwa kekuatan sebuah bangsa terletak pada kepemimpinan yang mampu menggerakkan rakyatnya.
Lee Kuan Yew – Arsitek Kebangkitan Singapura
Saat Singapura berpisah dari Malaysia tahun 1965, banyak yang meramalkan negara kecil itu akan gagal. Namun di tangan Lee Kuan Yew, Singapura menjelma menjadi salah satu negara paling maju di dunia. Dengan disiplin, pemerintahan bersih, meritokrasi, dan fokus pada pendidikan serta teknologi, ia membuktikan bahwa kepemimpinan yang kuat dapat mengubah krisis menjadi peluang.
Nelson Mandela – Simbol Rekonsiliasi Afrika Selatan
Setelah 27 tahun dipenjara, Mandela keluar bukan dengan dendam, melainkan dengan visi persatuan dan rekonsiliasi. Ia memimpin Afrika Selatan melewati masa transisi sulit tanpa perang saudara, membangun demokrasi yang setara.
Mandela pernah berkata:
> “Resentment is like drinking poison and then hoping it will kill your enemies.”
(Kebencian itu seperti meminum racun lalu berharap musuhmu yang mati.)
Dan juga:
> “I never lose. I either win or learn.”
(Saya tidak pernah kalah. Saya hanya menang atau belajar.)
Kata-kata Mandela ini mengajarkan bahwa kepemimpinan sejati adalah kekuatan moral untuk menyembuhkan luka bangsa dan menyalakan harapan.
---
Jalan Bangkit Indonesia
Indonesia dapat belajar dari ketiga tokoh ini. Soekarno mengajarkan pentingnya identitas dan harga diri, Lee Kuan Yew menunjukkan arti kedisiplinan dan tata kelola yang bersih, sementara Mandela menegaskan kekuatan moral dan rekonsiliasi.
Hari ini, bangsa kita membutuhkan pemimpin dengan kombinasi ketiganya:
Visioner dan berani seperti Soekarno.
Disiplin dan tegas membangun sistem bersih seperti Lee Kuan Yew.
Bijak, memaafkan, dan merangkul seperti Nelson Mandela.
Tanpa kepemimpinan kuat, resiliensi bangsa akan rapuh. Tetapi dengan kepemimpinan yang tepat, Indonesia bukan hanya mampu bertahan, melainkan juga bangkit menjadi bangsa besar yang berdaulat, adil, dan makmur.
Bangkit, atau tenggelam: Indonesia butuh kepemimpinan yang kuat. CAMKAN.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #