Oleh Oleh: Muhammad Farras Fadhilsyah, Anggota Kelompok Kajian Kopi Malam Mahasiswa Univeristas Al-Azhar Indonesia pada hari Minggu, 15 Des 2019 - 08:31:36 WIB
Bagikan Berita ini :

Erick dan Regenerasi 2024

tscom_news_photo_1576373496.jpg
Erick Thohir (Sumber foto : Istimewa)

Erick Thohir, sosok yang satu ini telah menjadi trending topik dalam dunia politik, ekonomi, hingga dunia maya. Sejak dilantiknya Erick menjadi Menteri BUMN telah memberikan drama yang cukup menarik hingga nama Erick hangat diperbincangkan. Sebut saja dalam penunjukan Ahok (BTP) sebagai Komisaris Utama Pertamina yang menjadi pro dan kontra hingga pengungkapan kasus Ex Direktur Utama Garuda Indonesia berinisial AA dengan skandalnya yang memiliki drama panjang. Kerja baik Erick saat ini telah menjadi sorotan utama publik hingga media-media nasional, bahkan tidak sedikit beberapa media menjadikan topik tentang Erick sebagai headline utama berita nasional, seperti contoh Majalah Tempo dengan karikatur khasnya yang berjudul “Thohir Story”.

Tetapi penulis melihat dari perspektif lain yaitu komunikasi politik dan citra politik Erick Thohir sebagai pemimpin yaitu seorang menteri. Tidak bisa dipungkiri sejak Erick menjadi ketua tim sukses 01, Erick telah memasuki arena politik yang dimana setiap gerak-geriknya memiliki tafsir-tafsir politik tersendri terlebih saat ini sudah menjadi seorang menteri. penulis melihat kinerja yang baik Erick dilakukan saat ini bukan hal yang tidak mungkin bahwa Erick akan dilirik menjadi salah satu kandidat capres maupun cawapres pada tahun 2024. Karena jika Erick bisa mempertahankan kinerja ini dan konsisten maka akan terbentuk citra dan reputasi yang baik kepada masyarakat bahwa Erick memiliki kinerja memimpin yang bagus.

Tentu saja citra ini tidak terbentuk dengan mudah. Citra terbentuk oleh sebuah proses yang memerlukan waktu yaitu reputasi hingga menghasilkan sebuah citra itu sendiri kepada organisasi atau personil tersebut. Menurut Frank Jefkins dalam bukuPublic Relations ,definisi citra dalam konteks humas citra diartikan sebagai "kesan, gambaran, atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas sosok keberadaan berbagai kebijakan personil personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau perusaahaan.”

Struktur Peluang

Dalam pertimbangan prospek mengusung kandidat biasanya ada istilah strategic entry yang lazim dikenal dengan istilah struktur peluang (opportunity structure). Meminjam analisis Gary W Cox tentang strategic entry biasanya dihitung tiga pertimbangan penting kalkulasi politik. Pertama, biaya memasuki arena (cost of entry), hal ini terkait siapa pemodal yang akan mengeluarkan biaya politik saat pilpres berlangsung karena sudah menjadi rahasia umum biaya politik saat mengikuti pesta demokrasi memerlukan biaya yang cukup tinggi. Jika dilihat dalam sisi ini nampaknya Erick mampu untuk mengkondisikan sektor ini, pada tahun 2019 Erick tercatat memiliki sumber kekayaan mencapai Rp 20 Triliun. Angka tersebut bisa dikatakan cukup dalam sektor logistik saat kampanye berlangsung dan dapat menarik partai politik ataupun mempertimbangkan mencalonkan Erick sebagai kandidat capres maupun cawapres. Selain itu kekuatan lain Erick ada pada grup meida yang dimilikinya.

Kedua, proyeksi keuntungan yang didapat jika duduk di kekuasaan (benefits of office).hal ini terkait dengan orientasi kekuasaan kedepan, jika kandidat memenangi kontestasi. Tak salah partai politik berburu kekuasaan, Karena sejatinya tujuan berpartai adalah mendapatkan kursi-kursi kekuasaan. Ketiga, kemungkinan perolehan dukungan dari para pemilih (probably of receiving electoral support). Hal ini terkait dengan paket figur yang dibuat apakah diprediksi laku dipasar pemilih atau tidak. Hal ini berkaitan dengan konsistensi reputasi Erick saat ini untuk menghasilkan elektabilitas dan aksepibilitas kepada masyarakat. Tentunya jika Erick manjaga konsistensi hal ini, maka Erick akan sangat berpeluang dilirik partai politik untuk mencalonkanya sebagai capres maupun cawapres. Tetapi letak tersulit bagi Erick adalah dirinya bukan kader dari partai politik, karena hampir semua partai tentunya memiliki ego politiknya masing-masing. Adapun perluang terbesar menurut penulis Erick sangat cocok dijadikan cawapres dari sektor profesionalisme. Seperti pada calon-calon capres dan cawapres pada Pilpres 2004,2009,2014, dan 2019. biasannya hal yang ideal sebagai capres adalah dari salah satu tokoh kader partai dan cawapres dari tokoh professional. (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #menteri-bumn  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...