*Jakarta, Teropong Senayan* –
Politikus senior PDI Perjuangan (PDIP), Ribka Tjiptaning, mengungkap adanya pihak yang menargetkan suara PDIP hanya 7 persen pada Pemilu 2029. Pernyataan ini, disampaikan saat peringatan 29 tahun Kudatuli, mencerminkan kekhawatiran akan kemerosotan elektoral partai yang meraih 16,73 persen suara pada Pemilu 2024. Tekanan eksternal, seperti vonis terhadap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, menjadi sorotan, tetapi kelemahan internal dalam komunikasi politik menjadi ancaman yang lebih serius. Sebagai perbandingan, transformasi kepemimpinan Partai Golkar pasca-Reformasi menawarkan pelajaran berharga bagi PDIP untuk menghindari prediksi kelam ini.
*Krisis Komunikasi PDIP*
PDIP masih bergantung pada narasi historis Kudatuli dan figur Megawati Soekarnoputri, yang kurang menarik bagi pemilih muda—60 persen dari total pemilih 2024. “PDIP harus menawarkan narasi modern, seperti ekonomi digital, untuk menarik generasi Z,” kata Rina Sari dari LSI. Kelemahan di media sosial juga nyata, dengan PDIP kalah lincah dibandingkan PSI yang memanfaatkan konten viral. Konflik internal, seperti friksi dengan Jokowi, dan ketiadaan regenerasi kepemimpinan jelas memperparah situasi. Putusan MK yang memisahkan pemilu nasional dan lokal 2029 juga mengurangi efek coattail, menuntut PDIP membangun narasi lokal yang kuat.
*Transformasi Golkar: Dari Akbar Tanjung ke Airlangga Hartarto*
Partai Golkar, yang terpuruk pasca-Reformasi 1998, menunjukkan keberhasilan melalui transformasi kepemimpinan. Di bawah Akbar Tanjung (1998–2004), Golkar beradaptasi dari citra Orde Baru menjadi partai modern dengan konsep “Golkar Baru.” Akbar memperkenalkan konvensi calon presiden yang terbuka dan koalisi kebangsaan untuk stabilitas politik, menjadikan Golkar pemenang Pemilu 2004 dengan 21,58 persen suara. Transformasi ini dilanjutkan oleh Airlangga Hartarto (2017–2024), yang mengarahkan Golkar sebagai partai pendukung pemerintahan Jokowi, memperkuat posisi melalui digitalisasi, seperti eKTA dan Golkar Institute, serta menjaga stabilitas internal meski suara turun menjadi 12,1 persen pada 2019. “Golkar berhasil karena fleksibilitas dan adaptasi digital,” ujar Dr. Arie Sudjito dari UI.[](https://m.antaranews.com/amp/berita/2463357/akbar-tanjung-sejarah-golkar-modal-menangkan-pemilu-2024)[](https://www.partaigolkar.com/2020/08/14/akbar-tandjung-partai-golkar-dan-reformasi-politik/)[](https://www.kompas.id/baca/riset/2022/11/10/airlangga-golkar-dan-penopang-pemerintahan)
*Jalan Keluar untuk PDIP*
Untuk mengelak dari prediksi 7 persen, PDIP perlu mereformasi komunikasi politik: mengembangkan narasi modern, menguasai media sosial, menyelesaikan konflik internal secara tertutup, dan mempersiapkan regenerasi kepemimpinan. Strategi lokal juga krusial untuk pemilu terpisah 2029. Tanpa reformasi ini, PDIP berisiko mengikuti siklus kemerosotan partai besar, seperti dialami Demokrat.
Sumber: Reporter.id, wawancara pengamat, data KPU, situs resmi Golkar.*
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #