Opini
Oleh Bambang Wiwoho pada hari Jumat, 08 Jan 2016 - 17:03:55 WIB
Bagikan Berita ini :

Tipe Pemimpin Ideal dalam Pewayangan

68d08c9ab9d4811ec1b506113e24465dfc53d09af6.jpg
Bambang Wiwoho (Sumber foto : Istimewa)

Gambaran ideal perihal sifat dan nilai-nilai kepemimpinan, terutama pucuk kepemimpinan seperti Raja di zaman dahulu dan Presiden di masa sekarang, sudah bersemai di masyarakat Jawa semenjak berabad-abad silam. Gambaran itu diperoleh dari cerita-cerita wayang Ramayana dan Mahabarata dari India, yang diperkirakan mulai masuk dan digubah menjadi versi Jawa Kuno dalam bentuk tembang pada abad ke 9 M.

Kakawin Ramayanaadalah kakawin(syair) berisi ceritaRamayana. Ditulis dalam bentuktembangberbahasa Jawa Kuno, diduga dibuat di jamanMataram Hindupada masa pemerinthanDyah Balitungsekitar tahun 820-832 Sakaatau sekitar tahun 870 M. Kakawin ini disebut-sebut sebagai adi kakawin karena dianggap yang pertama, terpanjang, dan terindah gaya bahasanya dari periode Hindu-Jawa.

Sebagai relief, Ramayana dipahatkan di Candi Prambanan (abad 9) dan Candi Panataran (abad 14). Sedangkan Mahabarata dipahatkan sebagai relief pemandian Jalatunda abad 10. Sebagaikakawin, Bharatayuda digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh pada jaman pemerintahan raja Jayabaya di kerajaan Panjalu (Kediri) tahun 1157. Dalam perkembangannya, kedua kakawin tersebut digubah kembali oleh beberapa pujangga ke dalam bahasa Jawa Pertengahan (Madya) dan Jawa Baru.

Yang sangat menarik, kedua kakawin tadi berkembang di masyarakat dalam bentuk pertunjukkan wayang, mulai dari wayang beber yang seluruh kisahnya dilukiskan dalam satu atau beberapa lembar kain sebagaimana masih bisa kita jumpai di Bali sekarang, sampai ke bentuk wayang kulit, wayang golek dan seni pertunjukkan opera wayang orang seperti yang kita kenal dewasa ini.

Dalam seni pertunjukkan wayang, Sang Dalang mengawali dan bahkan memulai setiap babak baru dengan menembang, guna menggambarkan keadaan dalam babak yang akan dikisahkan. Oleh penyebar agama Islam, Walisongo, di abad ke 15 dan 16, kisah pewayangan diisi dengan ruh Islam, diperkenalkan cerita-cerita yang baru sama sekali, sedangkan tembang di awal babak juga diberi nama baru yaitu tembang suluk, yang berarti jalan atau cara menuju Gusti Allah, Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa (SULUK, TEMBANG DAKWAH WALISONGO:https://islamjawa.wordpress.com/2013/03/28/suluk-tembang-dakwah-walisongo-1-dari-suluk-tasawuf-ke-suluk-wayang/).

Salah satu suluk yang sangat terkenal di kalangan masyarakat penggemar wayang semenjak dahulu kala sampai sekarang, mengungkapkan gambaran ideal seorang pemimpin atau raja yang diharapkan oleh rakyat, sekaligus di lain pihak juga sebagai ajaran bagi para pemimpin, yaitu sebagai berikut:

Dèning utamaning nata ,
bêrbudi bawa laksana ,
liré bêrbudi mangkana ,
lila lêgawa ing driya ,
agung dènnya paring dêdana ,
anggêganjar sabên dina ,
liré kang bawa laksana ,
anêtêpi pangandika.

Terjemahan bebasnya:

Ada pun nilai-nilai keutamaan seorang raja ,
yaitu berbudi luhur, berwibawa dalam tindakan ,
contohnya berbudi luhur adalah ,
selalu ikhlas berbesar hati ,
banyak memberikan bantuan (dan sumbangan)
memberi anugerah (kesejahteraan) setiap hari ,
contoh berwibawa dalam tindakan ,
teguh melaksanakan apa yang telah diucapkan.

Selain menuangkan gambaran ideal seorang pemimpin, wali penyebar agama Islam yakni Sunan Kalijaga, pada abad ke XV juga menciptakan lakon atau cerita wayang khas Jawa dengan nafas Islami yaitu“Jamus KalimasadhaatauPusaka Kalimat Syahadat”Lakon ini mengisahkan tentang pusaka yang paling hebat, paling sakti, ampuh tiada tara yang tiada lain adalah dua kalimat syahadat.

Jamus Kalimasadha dimiliki oleh Raja Kerajaan Amarta, Prabu Puntadewa, yang oleh Sunan Kalijaga dilukiskan dengan cirikhas tidak memakai mahkota serta perlengkapan pakaian kebesaran lainnya yang lazim dikenakan oleh seorang raja. Ia hidup dan berpenampilan sederhana sebagaimana seorang ksatria biasa dengan rambut digelung di atas kepalanya.

Muka dan kepalanya pun dilukiskan menunduk sebagai cerminan kerendahaan hati. Kecuali pernah melakukan kesalahan dengan berjudi mempertaruhkan kerajaannya sampai kalah dan terusir terlunta-lunta, kehidupan selebihnya suci bersih. Demikian pula hatinya, selalu ikhlas, jujur dan tidak pernah berbohong sehingga karena itu darahnya diceritakan berwarna putih.

Puntadewa adalah contoh pemimpin yang sudah dan harus mencapai maqam seorang hamba Allah yang hidup sederhana, amanah, jujur, rendah hati, tawadhu, tidak ujub – riya, ikhlas, taat dan tawakal.Tidak sombong, tidak suka pamer dan tidak suka dipuji. Hidup dan tampil amat sederhana, bagaikan rakyat jelata, sangat jujur, hati tulus, tidak culas dan tidak suka mengadu domba dan adil bijaksana. Semua kelebihannya itu dipersembahkan demi mengabdi bagi semata-mata kesejahteraan rakyat.

Pemimpin yang seperti itulah yang oleh Sunan Kalijaga, digambarkan sebagai pemimpin yang selalu diridhoi, diberkahi dan dirahmati Gusti Allah. Pemimpin yang seperti inilah yang dapat melindungi, menyejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Pemimpin yang bisa membuat negeri dan rakyatnya disegani serta dihormati oleh para raja dan rakyat negeri-negeri tetangga. (Pusaka Tauhid Dalam Wayang dan Tipe Pemimpin Ideal

https://islamjawa.wordpress.com/2011/03/17/pusaka-tauhid-dalam-cerita-wayang-tipe-ideal-pemimpin/dan Lagu Gundul-Gundul Pacul, Jenaka Tapi Penuh Makna:https://islamjawa.wordpress.com/2013/04/11/suluk-tembang-dakwah-walisongo-3-lagu-gundul-gundul-pacul-bukti-kejenakaan-ulama/).

Tokoh wayang Prabu Puntadewa yang islami serta suluk yang menuangkan gambaran ideal seorang pemimpin seperti di atas, di masa lalu dihafal(dan menjadi harapan) oleh hampir semua orang Jawa, dari kaum bangsawan sampai rakyat jelata di pelosok desa, karena wayang telah menjadi cerita rakyat.

Apakah para pemimpin sekarang adalah tipe satria pinandita yang hidup sederhana, berbudi luhur, berwibawa, ikhlas dan tidak suka pamer, besar hati, sungguh-sungguh bekerja demikesejahteraan rakyat, teguh pendirian dan satunya kata dengan perbuatan? Melaksanakan apa yang telah diucapkan? Semoga.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Wawasan Yusril Sempit Untuk Bisa Membedakan Ahli Ekonomi, Ahli Hukum, atau Ahli Nujum

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Sabtu, 13 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024 (bukan April Mop), saya hadir di Mahkamah Konstitusi dalam kapasitas sebagai Ahli Ekonomi, terkait sengketa Perselihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya ...
Opini

Wawasan Yusril Sempit Untuk Bisa Membedakan Ahli Ekonomi, Ahli Hukum, atau Ahli Nujum

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024 (bukan April Mop), saya hadir di Mahkamah Konstitusi dalam kapasitas sebagai Ahli Ekonomi, terkait sengketa Perselihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya ...