Opini
Oleh M. Hatta Taliwang (Direktur Institut Soekarno Hatta) pada hari Minggu, 08 Apr 2018 - 07:15:54 WIB
Bagikan Berita ini :

Cawapres Intelektual dan Ulama Yang Nasionalis (3)

62HattaTaliwang.jpg
Hatta Taliwang (Sumber foto : ist)

Dengan berbagai fakta yang telah dipaparkan di atas mengenai rekam jejak Din Syamsuddin. Hal yang mendasar dalam personal branding yang kuat menurut McNally dan Speak dalam Haroen (2014) adalah kekhasan, relevansi, dan konsistensi. Mengutip dari McNally dan Speak, untuk personal brand dari Din Syamsuddin adalah sebagai berikut:

Kekhasan
Personal brand yang kuat menjelaskan sesuatu yang sangat spesifik atau khas sehingga berbeda dengan kebanyakan orang. Kekhasan di sini bisa direpresentasikan dengan kualitas pribadi, tampilan fisik, atau keahlian.

Dalam hal ini, Din Syamsuddin memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh kandidat lain seperti Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan Agus Harimurti, yakni Din adalah representasi dari umat muslim. Representasi ini didapatkan Din karena pernah menjadi Wakil Ketua PP Muhammadiyah, Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia, dan Wakil Ketua Dewan Penasihat ICMI Pusat. Hal ini menjadi salah satu kekuatan Din.

Selain itu, Din merupakan bagian dari organisasi massa Muhammadiyah. Muhammadiyah memiliki basis massa kurang lebih 50 juta kader dan belum ditambah dengan siswa yang belajar di lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah.

Kualitas seperti ini hanya dimiliki oleh Din sebagai kandidat calon presiden maupun calon wakil presiden.
Din memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik. Begitu pun dengan cara berbicaranya yang menarik. Din juga memiliki pegetahuan yang luas dan menguasai banyak topik pembicaraan, tidak hanya berkutat dalam keagamaan dan politik saja.

Keahlian Din dalam berbagai topik permasalahan menjadi faktor pendukung dalam personal branding-nya. Namun fokus utama Din dalam intelektualnya adalah mengenai kerukunan umat beragama. Kerukunan umat beragama di Indonesia pada saat ini juga menjadi permasalahan masyarakat, melihat banyak konflik yang disebabkan oleh perbedaan keyakinan.


Relevansi
Personal brand yang kuat menjelaskan sesuatu yang dianggap penting oleh masyarakat dan punya relevansi dengan karakter orang tersebut. Jika relevansi ini tidak ada maka akan sulit terjadi penguatan pada pikiran masyarakat.

Relevansi antara personal branding milik Din Syamsuddin dengan yang ada di dalam pikiran masyarakat memiliki kesesuaian dan hampir tidak ada perbedaan. Bahwa personal branding milik Din Syamsuddin sebagai cendekiawan yang memiliki fokus perhatian atas kerukunan umat beragama dan aktivitas yang dijalaninya, serta selalu disampaikan oleh media massa membuat masyarakat tidak memiliki persepsi yang berbeda jauh.


Konsistensi
Personal brand yang kuat adalah buah dari upaya-upaya branding yang konsisten melalui berbagai cara sehingga terbentuk brand equity.
Brand equity atau ekuitas merek adalah seperangkat aset dan keterpercayaan merek yang terkait dengan merek tertentu, nama dan atau simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik bagi pemasar/perusahaan maupun pelanggan.

Kepercayaan terhadap merek atau dalam hal ini adalah kandidat, belum dapat diukur. Proses pengukuran ini dapat dilakukan melalui survei dan dibuktikan dengan menggunakan modal elektoral akseptabilitas.

Dengan demikian, untuk menilai figuritas cawapres dari ormas Muhammadiyah yang direpresentasikan oleh Din Syamsuddin, maka penilaian atas rekam jejak serta kedekatan dengan lembaga yang direpresentasikan sudah dapat dikatakan baik atau malah luar biasa, sebab amat jarang sosok seperti Din yang memiliki rekam jejak luar biasa.
Selain itu, menilik dari modal elektoral dari Din Syamsuddin dinilai dari tiga aspek yakni elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas. Dari aspek elektabilitas, Din sudah dapat dikatakan memiliki jumlah suara 19% dari total pemilih di Indonesia, ini dilihat dari jumlah kader Muhammadiyah yang memiliki hak suara. Dari aspek popularitas, Din memang dirasa kurang untuk melakukan publisitas dengan intens. Padahal Din adalah Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban. Din memerlukan publisitas yang mampu meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya lebih baik lagi.

Dari aspek akseptabilitas, Din adalah seorang muslim yang mana di Indonesia adalah mayoritas, sehingga hal ini berimplikasi terhadap tingkat penerimaannya yang tinggi. Selain itu, Din juga pernah belajar di pesantren NU dan aktif di dalam organisasinya. Din pernah menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, selama periode jabatan tahun 2005-2015. Pernah menjadi anggota dan berperan penting di dalam organisasi besar di Indonesia menjadi nilai lebih terhadap tingkat akseptabilitas dari Din Syamsuddin.

TeropongKita adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongKita menjadi tanggung jawab Penulis.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...