Opini
Oleh Mayjen TNI (Purn) Prijanto (Inisiator Gerakan Kebangkitan Indonesia) pada hari Senin, 15 Apr 2019 - 16:47:30 WIB
Bagikan Berita ini :

Suluk Wong Cilik Untuk Pemangku Kepentingan Coblosan

tscom_news_photo_1555321650.jpg
Mayjen TNI (Purn) Prijanto (Sumber foto : Ist)

“Sesugguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (Al Quran, Yasin ayat 12)

Suluk Wong Cilik

Kata ‘Suluk’ memiliki arti yang bermacam-macam. Ajaran Islam dan sufisme berarti menempuh jalan untuk menuju Allah.Suluk juga bisa berarti jalan ke arah kesempurnaan batin. Suluk dalam dunia wayang, yang berbentuk ‘tembang’ yang disampaikan dalang, mengandung gambaran tentang adegan atau situasi yang akan di gelar.

“Suluk Wong Cilik” dimaksudkan sebagai tembang yang disampaikan wong cilik atau rakyat. Suluk Wong Cilik ini ditulis dalam rangka menyambut coblosan pemilihan Presiden dan anggota Legislatif, ditujukan kepada para pemangku kepentingan. Hakikatnya berisi ajakan dan harapan rakyat, yang muncul karena adanya kerisauan rakyat atas terkoyaknya persatuan bangsa dan negara Indonesia.

Kerisauan rakyat muncul akibat polah tingkah atau perilaku dan ucapan serta aturan kebijakan dalam proses Pemilu 2019 yang bisa membawa terkoyaknya Persatuan Indonesia. Mengapa Suluk Wong Cilikini muncul? Karena menunggu Suluknya Wong Gedean atau para elite, apakah sosok-sosok yang lahir dari hasil Pemilu, lahir karena ditunjuk Presiden, ataupun lahir karena darah birunya turunan Raja atau Sultan, yang saat ini dapat dikatakan nyaris tidak terdengar.

Persatuan Indonesia

Sejarah mencatat betapa maha pentingnya persatuan untuk merebut kemerdekaan. Negara Indonesia Merdeka direbut dengan persatuan. Suka tidak suka, diakui atau tidak diakui, nilai-nilai Persatuan Indonesia, Sila ke-3 Pancasila pernah mengantar Indonesia pada kondisi stabilitas nasional yang kuat, mendapat predikat sebagai Macan Asia dan disegani di percaturan internasional.

Kini, setelah amandemen UUD 1945, format demokrasi telah terjadi pergeseran dari nilai-nilai demokrasi yang cocok untuk rakyat Indonesia, sebagaimana yang dirumuskan “The founding fathers and mothers”. Bung Karno dalam Sidang Umum PBB tahun 1960, secara tegas sudah mengenalkan Sila-4 Pancasila, dasar negara Indonesia sebagai demokrasi Indonesia.

Kenyataan saat ini, nilai-nilai demokrasi Sila-4 telah bergeser menjadi pemilihan umum secara langsung. Pilkada dan Pilpres secara langsung ditengarai telah merusak kehidupan sosial budaya kita. Semua tahu betapa ketidakjujuran dan ketidakadilan dalam format demokrasi saat ini, mewabah bak penyakit menular. Korup, bohong, fitnah, intimidasi, saling hujat dan menghinakan satu dengan lainnya telah mengkoyak persatuan di semua lapisan kehidupan.

Padahal, Pilpres dan Pileg, hakikatnya memilih pemimpin-pemimpin pengemban amanah sesuai ajaran agama. Memilih sosok-sosok beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, alangkah menyedihkan jika pemilihan justru dilakukan dengan cara tidak jujur, tidak adil, memaksakan kehendak, menghalalkan segala cara dengan total, intimidasi, suap, menipu atau tipuan. Semua itu jelas tidak sesuai ajaran agama yang dapat merusak Persatuan Indonesia.

Ajakan dan Harapan Wong Cilik

Kiranya semua elemen bangsa segera sadar bahwa hancurnya Persatuan Indonesia merupakan sasaran dari keinginan kekuatan global asing, dalam rangka asing menguasai Indonesia, tanpa harus mereka mendudukinya. Asing melirik Indonesia untuk kepentingan mereka yang diakibatkan ledakan penduduk, kebutuhan pangan dan air serta energi negerinya.

Asing patut kita curigai telah menggunakan caranya dengan invasi senyap terhadap konstitusi kita, UUD 1945. Mereka membisikan bahwa demokrasi kita keliru. Nilai-nilai Pancasila yang memuat demokrasi kita dininabobokan dengan membisikan agar kita membubarkan BP-7 (Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dan pencabutan Undang-Undang tentang Referendum yang berujung mengamandemen UUD 1945.

Melalui Pemilu langsung, SARA kita yang besar dan luas, mereka mainkan untuk mengkoyak Persatuan Indonesia dengan adu domba. Pusaran perang generasi ke empat sudah masuk Indonesia, yang kita kenal perang asimetri degan metode “war by proxy”. Mereka mengadu domba antar elemen-elemen bangsa, sehingga timbul perpecahan. Hal ini yang harus segera kita sadari, agar kita tidak mudah diadu domba, terutama dalam Pemilu.

Walaupun beberapa tahapan proses Pemilu sudah kita lewati dan membawa benih-benih perpecahan, kiranya belumlah terlambat jika kita ingin memelihara persatuan. Karena masih ada tahapan coblosan dan penghitungan suara sampai dengan penetapan anggota legislatif, Presiden dan Wakil Presiden.

Kepada penyelenggara Pemilu (KPU, Bawaslu), Kandidat dengan Timsesnya, lembaga survei, Parpol dan Ormas, media dan pengamat, jika ingin Persatuan Indonesia tetap utuh, harus “jujur dan adil” serta takut terhadap “azab Allah”. Semua peristiwa yang mengindikasikan adanya kecurangan yang melanggar aturan dan azas kepatutan, baik kejadian di luar negeri maupun dalam negeri, hendaknya tidak dianggap sampah tanpa investigasi yang serius dan penyelesaian secara hukum yang jujur dan adil.

Semua harus sadar, kejujuran dan keadilan merupakan kunci suksesnya penyelenggaraan apa saja. Sebaliknya, ketidakjujuran dan ketidakadilan merupakan bibit malapetaka yang bisa menimbulkan kemarahan bagi orang-orang yang hidupnya medambakan kejujuran dan keadilan. Inilah bibit konflik perpecahan antara pembuat kecurangan versus penuntut kejujuran dan keadilan.

Di bagian atas artikel ini, dikutip Firman Allah dalam Al Quran, Surat Yasin ayat 12. Kutipan tersebut untuk mengingatkan semua pihak untuk melakukan kejujuran dan keadilan dalam menjalankan jabatannya. Janganlah sampai di kelak kemudian hari, setelah mati mendapatkan azab dari Allah karena ketidakjujuran dan ketidakadilan yang telah dilakukannya. Saya yakin ajaran agama apupun pasti ada peringatan dengan nafas yang sama.

Demi Allah, demi terhindarnya azab Allah, dan demi Persatuan Indonesia, kiranya sisa tahapan Pemilu 2019 dapat dilaksanakan secara jujur dan adil, oleh semua pemangku kepentingan. Semoga Suluk Wong Cilik ini, didengar semua pihak dan dikabulkan oleh Allah SWT. Insya Allah, aamiin..

15 April 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #pemilu-2019  #pilpres-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ahlan Wa Sahlan Prabowo Sang Rajawali!

Oleh Syahganda Nainggolan
pada hari Rabu, 24 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahkamah Konstitusi sudah memutuskan Prabowo Subianto sah sebagai Presiden RI ke delapan. Itu adalah takdir Prabowo yang biasa dipanggil 08 oleh koleganya. Keputusan MK ...
Opini

Jalan Itu Tidaklah Sunyi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --"Jika Mamah jadi penguasa apakah Mamah akan menjadikan anak Mamah pejabat saat Mama berkuasa?" Itu pertanyaan anakku malam ini. Aku mendengarkan anakku ini. ...