Opini
Oleh Muhammad Farras Fadhilsyah (Mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia) pada hari Selasa, 23 Apr 2019 - 06:32:06 WIB
Bagikan Berita ini :

Pemilu 2019 : Kentalnya Politik Islam

tscom_news_photo_1555975926.jpeg
Ilustrasi (Sumber foto : ist)

Kontestasi pesta demokrasi yaitu berupa Pemilu ( Pemilihan Umum ) sudah selesai dilaksanakanoleh masyarakat Indonesia. Dengan menggunakan sistem yang baru di Pemilu kali ini yaitupemilihan legeslatif dibarengi oleh Pilpres ( Pemilihan Presiden ). Dengan selesainya Pemilu ini kitadapat melihat hasil dari sebuah upaya masing-masing partai politik maupun kandidat capres dalam Pilpresnya.

Yang menarik dari Pemilu dan Pilpres kali ini adalah dimana issue-issue tentang agama kentaldan sering di perbincangkan dalam diskursus politik nasional hingga secara nyata terlihat darikandidat dari pasangan 01 mengambil sosok wakil yang dari kalangan tokoh agama nasional, yangitu merupakan bentuk nyata politik agama sangat kental dalam berlangsungnya Pemilu
2019 ini. Kapan bermulanya opini publilk menguat tentang politik islam?

Pilkada DKI Jakarta 2017

Issue agama menjadi sangat populer dan menjadi penting dalam memilih sebuah kandidat pertama kali pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Dimana pada tahun 2016 kasus penistaanagama oleh BTP membuat resah masayarakat, dan menjadi puncak pada aksi 411 dan 212 yang hingga saat ini masih ada efek dari aksi-aksi tersebut dari sisi sosiologis hingga sisi politikpraktis. Walaupun belum ada temuan penelitian apakah sangat berpengaruh efek aski tersebut hingga ke pemilu 2019. Tetapi dari efek ini tidak bisa di anggap remeh karena sejak kejadian
itulah fenomena diskursis Politk Islam menjadi kuat.

Dari isu ini lah berkembang bahwa pemerintahan Jokowi sebagai Presiden agak terkesanmelindungi BTP, yaitu sahabatnya. Terlihat kasus BTP yang terkesan agak lamban,dan menjadipuncak di aksi 212 dimana masyarakat mulai sangat geram waktu itu hingga akhirnya Jokowi
berjanji mempercepat selesainya kasus BTP. Dalam Issue ini juga mulai berkembang pesat
bahwa Jokowi agak terkesan berjarak dengan umat Islam saat itu, walaupun mungkin itu
adalah stigma tetapi itulah yang menjadi fakta bahwa dalam kejadian tersebut Jokowi dan politikIslam mulai menguat.

Dalam issue Pilkada DKI ini pun bukan hanya selesai di kasus BTP, tetapi juga issue mengenai kriminalisasi ulama yang banyak terjadi, walaupun pasca dari Pilkada DKI, tetapi ini menjadi sebuah buntut dari issue kasus BTP, 411 dan 212.

Ma’ruf Amin Menjadi Cawapres Jokowi
Pada saat masih simpang siurnya kandidat capres maupun cawapres, semua kubu sangat berfikirkeras siapa para pendamping kandidat capresnya nanti. Di dalam kubu Jokowi pun sempat menjadi heboh karena rumor awalnya yang sangat kuat mendampingi Jokowi adalahMahfud MD. Bahkan persiapan Mahfud MD untuk menjadi cawapresnya Jokowi pun bisa dikatakan sudah sangat matang. Tetapi gegernya masyarakat Indonesia di last minutes Jokowimemilih cawapresnya yaitu Ma’ruf Amin, dimana diluar dari prediksi.

Saking gegernya acara TV popular yang membahas politik pun menjadikan judul khusus tentang mengapa Mahfud MD tidak menjadi cawapres Jokowi.Tetapi yang terpenting bukanlah tentang pergantian cawapres di last minutes, melainkan mengapa Ma’ruf Amin yang dipilih menjadi cawapresnya Jokowi.

Terpilihnya Ma’ruf Aminyang merupakan tokoh agama nasional yaitu ketua MUI ( Majelis Ulama Indonesia) adalah seperti jawaban atas stigma negative kepada Jokowi tentang adanya jarak antara Jokowi dengan
kalangan ummat islam dan diharapkan akan menumbangkan issue negative Jokowi terhadap kalangan islam.

Kampanye Partai Politik dan Kandidat Capres-Cawapres

Dalam masa kampanye banyak sekali program hingga moment tentang issue agama Islam yangdigunakan. Sebut saja dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang mempunyai tagline “BelaRakyat, Bela Umat”, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan program membuat RUU Perlindungan Ulama & Tokoh Agama, hingga yang menjadi terakhr acara kampanye akbar 02yang di laksanakan di GBK ( Geloran Bung Karno) yang sangat kental dengan kampanye issue agama.

Narasi-narasi politik Islam pun juga banyak langsung dikeluarkan oleh para pelaku tokoh islam, seperti Ustadz Abdul Somad yang di last minute berbincang dengan Prabowo hingga Jokowirajin bertemu dengan berbagai kiai, termasuk yang beberapa kali nampak adalah Kiai Maimun Zubairyang mendoakan Jokowi agar terpilih kembali.

Dari berbagai bukti tersebut menjadikan fakta bahwa pemilu di 2019 ini kental sekali dengan politik agama, khususnya politik Islam. Umat islam yang dinilai ada celah suara yang tidak percaya terhadap issue Jokowi dengan ke-Islamannya dan jaraknya terhadap umat Islam menjadi sasaran empuk untuk mendapatkan pundi-pundi suara. Dari berabagai cara dilakukan olehmasing-masing kandidat maupun partai politik untuk menngambil hati suara umat islam.

Saat ini Pemilu sudah dilaksanakan dan berdasarkan dari data Quick Count penulis berpendapat dan mengambil kesimpulan. Partai islam yang berada di DPR masa 2014-2019 seperti PKS,PKB, PAN,PPP masih bisa bertahan di 2019 bahkan suara PKS & PKB meningkat. Padahal sebelumnya banyak lembaga survey dan pengamat politik menyatakan bahwa nasibpartai Islam tidak akan lolos di Pemilu 2019, tetapi pada faktanya mereka mampu bertahan di tengah sistem yang menggerus para partai politik dan bahkan suaranya meningkat.

PKS yang kali ini menjadi kejutan, d
suaranya melejit dimana pada tahun 2014 suara PKS hanya 6,79% kini menjadi 8,76% ( Berdasarkan Quick Count Litbang Kompas). Sama halnya engan PKB walaupun suaranya tidak meningkat drastis tetapi ada sebuah peningkatan yang dimana suara di 2014 9,04% kini menjadi 9,21 (Berdasarkan Quick Count Litbang Kompas).

Berbeda dengan PPP, walaupun partai ini mengalami penurunan suara, tetapi harus bisa diakui PPP bisa lolos ke DPR sebuah hal yang baik. Padahal di last minutes PPP diterpa angin badai, dimanaketua umumnya terjerat kasus suap.

Jika suara seluruh parpol Islam yang masuk di parlemen dijumlahkan, akan menghasilkan sekitar 30% suara nasional, atau 57 juta suara. Dan hasil tersebut ada kenaikan dari total suara parta Islam di2014. Contoh lain fenomena politik Islam ke depanya lebih kuat adalah dengan adanya Ijtima Ulama. Bukan tidak mungkin nanti akan lahir Ijtima Ulama lainnya di kemudian hari.

Para tokoh agama pun kini tidak seperti dulu yang malu-malu mengungkapkan dukungan politiknya. Kini para pelaku tokoh agama sudah mulai beranii menunjukan partisipasi terhadap dukungan partai politik maupun kandidat-kandidat lainnya. Ini pertanda bahwa animo masyarakat terhadap partai yang berideologi Islam begitu tinggi dan
tidak bisa dilihat dengan sebelah mata.Dari fenomena tersebut dan berbagai fakta terbaru, bukan hal yang tidak mungkin bahwa fenomena politik Islam ke depannya akan menjadi lebih kuat seperti layaknya bola salju.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #pemilu-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Kode Sri Mulyani dan Risma saat Sidang MK

Oleh Anthony Budiawan - Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
pada hari Kamis, 18 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sri Mulyani (dan tiga menteri lainnya) dimintai keterangan oleh Mahkamah Konstitusi pada 5 April yang lalu. Keterangan yang disampaikan Sri Mulyani banyak yang tidak ...
Opini

Tersirat, Hotman Paris Akui Perpanjangan Bansos Presiden Joko Widodo Melanggar Hukum: Gibran Dapat Didiskualifikasi?

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --1 April 2024, saya hadir di Mahkamah Konstitusi sebagai Ahli Ekonomi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum 2024. Saya menyampaikan pendapat Ahli, bahwa: ...